KONTAN.CO.ID - Dengan tewasnya Yahya Sinwar, Hamas kini harus menunjuk pemimpin baru Gaza dan pemimpin politik baru. Dewan Syura keagamaan akan menangani penunjukan tersebut. Hal ini bisa jadi merupakan proses yang panjang karena sebagian besar pimpinan senior telah terbunuh. Namun, setidaknya dua dari kandidat yang mungkin terpilih tinggal di Qatar, sekutu utama AS.
Mengutip
The Telegraph, Joe Biden kemungkinan akan mendapat tekanan untuk mengupayakan ekstradisi para pemimpin tersebut dalam beberapa hari mendatang. sementara Hamas diperkirakan akan meminta jaminan dari Doha bahwa mereka akan diizinkan untuk tetap tinggal. Tokoh-tokoh kunci yang diyakini akan mencalonkan diri untuk menggantikan Sinwar adalah sebagai berikut: 1. Mantan pemimpin Hamas Khaled Meshaal, mantan pemimpin Hamas, mungkin satu-satunya orang yang dapat menggantikan posisi Sinwar dan memerintah kelompok tersebut secara efektif, meskipun dari luar negeri dan bukan di dalam Gaza. Ini berarti bahwa ia kemungkinan akan ditunjuk sebagai pemimpin politik dan akan tetap tinggal di Qatar. Meshaal diangkat menjadi pemimpin politik Hamas pada tahun 1996. Setahun kemudian, ia selamat dari upaya pembunuhan Israel di Amman, Yordania, ketika agen Mossad menjebaknya. Namun, para agen tersebut tertangkap dan ditahan oleh polisi Yordania, sementara Meshaal dibawa ke rumah sakit. Raja Yordania sangat marah dengan Israel atas operasi mereka di wilayahnya.
Baca Juga: Hizbullah Tingkatkan Intensitas Perang dengan Israel Setelah Yahya Sinwar Terbunuh Peristiwa itu berakhir dengan Israel menyediakan penawar yang menyelamatkan nyawa Meshaal, sekaligus membebaskan Sheikh Ahmed Yassin, pendiri Hamas, dari penjara Israel dengan imbalan Yordania membebaskan agen Mossad. Meshaal terus mewakili Hamas dari Suriah hingga perang saudara pecah dan ia kemudian pindah ke Qatar. Penentangannya terhadap Bashar al-Assad membuat Hamas berselisih dengan Iran, yang mendukung Assad. Ketika Meshaal digantikan oleh Ismail Haniyeh pada tahun 2017, Hamas menjalin kembali hubungan dengan Iran. Meskipun pensiun pada tahun 2017, Meshaal terus terlibat dengan Hamas. Tidak jelas apakah ia tertarik menduduki jabatan tersebut dan bagaimana hal itu akan memengaruhi hubungan Hamas dengan Iran. 2. Wakil Regional Hamas Khalil al-Hayya, 64 tahun, memulai kariernya di Hamas pada tahun 2006 dan perlahan naik pangkat. Pada tahun 2017, ia terpilih sebagai wakil pemimpin politbiro regional Hamas di Gaza pada tahun 2017, sebuah jabatan yang masih dipegangnya. Seperti Meshaal, Hayya tinggal di Qatar dan telah menjadi orang utama Hamas dalam negosiasi gencatan senjata. Ia adalah salah satu tokoh paling senior yang masih hidup, dan kemungkinan besar menjadi kandidat untuk posisi sebagai pemimpin politik.
Baca Juga: Inilah Reaksi Internasional atas Kematian Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Hayya juga diyakini memiliki hubungan baik dengan Sinwar dan Haniyeh, mantan pemimpin politik yang terbunuh di Teheran pada bulan Juli. Tidak seperti Meshaal, Hayya memiliki hubungan baik dengan Assad, Iran, dan Hizbullah. Pada tahun 2022, ia memimpin delegasi Hamas ke Suriah untuk memulai babak baru dengan Assad. Hubungannya dengan poros Iran bisa jadi menentukan, tergantung ke arah mana dewan Syura ingin bergerak.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie