5 bank terbesar Tanah Air raup laba bersih Rp 86 triliun tahun 2017



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2017, bank umum kelompok usaha (BUKU) IV berhasil membukukan pertumbuhan cukup tinggi. Mereka adalah lima bank terbesar Tanah Air dengan modal di atas Rp 30 triliun. 

Menurut hitung-hitungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) tahun lalu, bank BUKU IV memperoleh laba bersih (setelah pajak) mencapai Rp 86,58 triliun. Angka ini naik 25,76% dibanding tahun 2016 yang mencapai Rp 69,56 triliun.

Pun, perolehan bank terbesar di Indonesia ini pun mencakup 66% dari keseluruhan laba bersih bank umum yang mencapai Rp 131,14 triliun tahun lalu.


Bila dirinci, dari kelima bank BUKU IV yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank CIMB Niaga Tbk, BRI membukukan raihan laba paling tinggi yakni mencapai Rp 28,46 triliun atau naik 10,52% secara tahunan.

Sementara itu, berada di urutan kedua BCA berhasil meraup laba bersih sebesar Rp 22,16 triliun atau naik 12,2% secara year on year (yoy). Disusul oleh Bank Mandiri yang membukukan laba Rp 20,01 triliun atau naik cukup drastis sebesar 53,1% secara yoy.

Sementara BNI, juga mencatat kenaikan tinggi mencapai 21,08% menjadi Rp 13,04 triliun. Berada di urutan terakhir, secara perolehan CIMB Niaga membukukan laba bersih Rp 2,88 triliun. Kendati demikian, laba Bank CIMB Niaga naik tinggi sebesar 41,87%.

Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pertumbuhan laba perseroan utamanya didorong oleh kenaikan net interest income (NII) yang tumbuh 4,1% menjadi Rp 41,9 triliun pada akhir tahun lalu.

Selain NII, pendapatan non bunga atau non-interest income BCA juga tumbuh cukup tinggi 11,5% menjadi Rp 15,1 triliun.

Biaya provisi BCA juga berhasil ditekan cukup dalam alias turun hingga 41,3% di akhir tahun 2017 menjadi Rp 2,63 triliun akhir tahun lalu dari Rp 4,56 triliun di tahun sebelumnya.

Jahja menambahkan, pertumbuhan laba perseroan juga ditopang oleh efisiensi yang dilakukan oleh BCA. Hal ii tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang diturunkan dari 60,4% menjadi 58,6%.

Pun, cost efficiency rasio (CER) BCA relatif tidak banyak bergerak dari 43,9% di tahun 2016 menjadi 44,4% sepanjang tahun lalu.

"Profitabilitas BCA didukung oleh berbagai program efisiensi, serta pembentukan cadangan kredit bermasalah yang lebih rendah sejalan dengan kualitas kredit yang tetap terjaga," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (8/3).

Jahja menjelaskan, BCA tidak mematok target tinggi tahun ini. Menurutnya, pertumbuhan BCA terutama dari sisi kredit hanya sebatas single digit dengan catatan kondisi likuditas stabil.

Beberapa segmen yang masih akan menjadi andalan BCA di tahun ini antara lain kredit korporasi serta kredit konsumer disamping mendorong kenaikan pendapatan berbasis komisi atau fee based income.

Strategi tahun ini

Sementara itu, Bank BNI yakin, pertumbuhan tahun 2018 akan lebih kencang dibanding tahun lalu.

Direktur Perencanaan dan Operasional BNI Bob Tyasika Ananta optimistis, tahun ini laba perseroan sedikitnya dapat tumbuh di level 12% sampai 15% secara tahunan.

Memakai asumsi tersebut, BNI setidaknya mengincar perolehan laba sebesar Rp 14,6 triliun hingga Rp 15,26 triliun tahun ini.

Bob menjelaskan, pertumbuhan tersebut dapat dicapai dengan asumsi kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perseroan dapat tumbuh di level 15% hingga 18%.

Catatan saja, akhir tahun 2017 BNI membukukan pertumbuhan kredit sebesar Rp 417,15 triliun. Jumlah ini tercatat naik sebesar 11,95% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp 372,62 triliun.

Bank berlogo 46 ini menjelaskan, untuk mencapai target tersebut pihaknya sudah mencanangkan beberapa strategi. Antara lain, BNI akan lebih selektif dalam penyaluran kredit yakni fokus pada peningkatan bisnis korporasi terutama kementerian, institusi, BUMN.

"Segmen menengah difokuskan pada industri prioritas sesuai daerah, segmen kecil optimalisasi supply chain financing dan mendukung program pemerintah," kata Bob kepada Kontan.co.id, Kamis (8/3).

Tak hanya itu, perseroan juga tengah menggenjot penerapan perbankan digital guna menjaga efisiensi bisnis. Bob menuturkan, hal ini dilakukan guna mendorong peningkatan DPK terutama dana murah atau CASA dengan model bisnis digital pada closed loop transaction dan optimalisasi transaksi nasabah.

Selain kedua strategi itu, BankBNI juga akan memperkuat penetrasi pasar, sinergi anak usaha, pengembangan digital dan pertumbuhan anorganik di tahun ini.

Di sisi lain, Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Tigor M. Siahaan mengatakan, dalam dua tahun lalu memang pertumbuhan kredit perseroan hanya satu digit.

Hal ini dinilai Tigor dikarenakan adanya shifting debitur perbankan yang mencari pendanaan ke pasar modal maupun obligasi.

"Kami tetap tumbuh (kredit), tapi secara keseluruhan banyak nasabah masuk ke bonds market, itu pun bagus. Kalau itu bagus buat nasabah untuk dapat alternatif pendanaan kenapa tidak," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (7/3).

Asal tahu saja secara konsolidasi CIMB Niaga membukukan pertumbuhan kredit sebesar 2,8% secara yoy. Sementara secara bank only, kredit bank yang terafiliasi dengan grup CIMB ini tumbuh stagnan 0,61% menjadi Rp 165,6 triliun per Desember 2017.

Kendati demikian, Tigor yakin pihaknya tetap akan terus memupuk laba tahun ini. Walau tak menyebut angka spesifk, bank bersandi emiten BNGA ini yakin perolehan laba akan lebih tinggi dari tahun lalu. "Tahun ini mudah-mudahan (laba) bisa lebih tinggi dari kemarin (2017)," ungkap Tigor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia