5 kendala penerapan sistem resi gudang



JAKARTA. Implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) yang telah digagas pemerintah sejak 2006 dinilai belum optimal dan masih menghadapi beberapa kendala di lapangan. Padahal, SRG merupakan salah satu solusi yang dapat mengatasi permasalahan fluktuasi harga sekaligus mendorong peningkatan pendapatan usaha tani, dan membuka akses permodalan bagi petani.

Ketua Panitia Bersama Rakornas III Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) 2012 Perry Warjiyo menyebutkan ada empat kendala SRG.

  • Komunikasi Kebijakan: Pemahaman terkait SRG masih terbatas pada kelompok tertentu.
  • Infrastruktur: Jumlah dan fasilitas gudang masih terbatas.
  • Kelembagaan dan SDM: Keterlibatan Pemerintah Daerah belum optimal, kelembagaan petani yang masih lemah, jumlah petugas pengelola serta petugas uji mutu masih terbatas.
  • Operasional: Beban biaya transportasi ke gudang mahal, sistem koneksi antar gudang yang belum sepenuhnya terintegrasi, standar kualitas hasil panen yang masih rendah.
  • Pembiayaan: Masih terbatas.
“Untuk mempercepat penerapan SRG di berbagai daerah disusun rencana aksi bersama dan pembentukan satuan tugas yang dikoordinir Kementerian Perekonomian,” kata Perry dalam Rakornas III TPID 2012, Rabu (16/5).


Beberapa tugas yang dilakukan satuan tugas tersebut adalah sosialisasi terpadu mengenai SRG, meningkatkan komitmen dan partisipasi daerah serta sektor swasta, membangun/mengembangkan fasilitas pengelolaan gudang, penguatan kelembagaan petani dan penanganan produksi paska panen, mendorong akses pembiayaan, serta pengawasan dan evaluasi secara periodik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: