5 Newsmaker: Dari Hanifan hingga Deddy Mizwar



Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa  lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (27—31 Agustus 2018) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka.

Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR

Penghadangan terhadap sejumlah aktivis #2019GantiPresiden di sejumlah daerah, Fahri Hamzah menduga Presiden Joko Widodo terlibat. "Memang berbahaya kalau presidennya itu terlibat. Ada dugaan ya kalau saya lihat," kata Fahri saat menerima aduan aktivis #2019GantiPresiden di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (28/8). Dalam acara tersebut, hadir sejumlah aktivis #2019GantiPresiden seperti Neno Warisman dan Ahmad Dhani. Fahri melihat ada pola yang sama atas pengadangan dan persekusi ini. "Ini pola kan karena saya juga penah dipersekusi. Bagaimana ada orang banyak masuk airport bawa parang. Itu kan instalasi vital negara, enggak boleh disentuh," kata dia. Fahri menilai pengadangan ini sudah mengindikasikan Indonesia sebagai the state creator terror atau negara pembuat teror. "Ini negara sudah sebagai the state creator terror dengan adanya kasus yang menimpa Mbak Neno," kata dia.


Mardani Ali Sera, Ketua DPP PKS

Kendati PKS bersama Gerindra, PAN, dan Demokrat telah resmi mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden, mengapa bukan menggunakan tagar yang mencantumkan nama calon presiden, misalnya #2019PrabowoPresiden. Alasannya, menurut  Mardani Ali Sera, gerakan #2019GantiPresiden untuk mengonsolidasi massa di akar rumput agar memilih Prabowo-Sandiaga. "Karena di kami ada yang dukung Habib Rizieq, ada yang dukung UAS (Ustaz Abdul Somad). Nah, kami perlu waktu untuk konsolidasi hingga nanti akhirnya masuk ke gelanggang kedua capres cawapres ini," ujar Mardani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (28/8). Apa lagi, lanjut Mardani, ada beberapa massa akar rumput mereka yang hendak menggelar ijtima (pertemuan) ulama untuk menentukan pilihan politik lantaran belum puas dengan sosok Sandiaga sebagai cawapres pendamping Prabowo. "Makanya biar saja, prosesnya tinggal sebentar kok. Orang itu enggak kaya lemari, kalau lemari digeser diem, kalo orang disenggol marah. Jadi kami pelan-pelan kalau itu," lanjut Mardani.  

Deddy Mizwar, Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat

Deddy Mizwar membenarkan dirinya diminta menjadi salah satu juru bicara pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widdo-Ma'ruf Amin pada Pemilihan Presiden 2019. "Iya, komunikasi sudah dilaksanakan, ngobrol-ngobrolnya sih sudah ya," ujar Deddy, Selasa (28/8). Meski demikian, mantan Wakil Gubernur Jawa Barat tersebut mengaku, belum memutuskan apakah akan menerima tawaran itu atau tidak. "Karena kan belum jelas, belum ada surat, legalnya belum ada. Nanti tergantung bagaimana tugas dan kewajiban kita dan kita mampu atau enggaklah," ujar dia. Keputusan bakal diumumkan Deddy satu hari usai Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan calon presiden dan wakil presiden yang akan berlaga pada Pilpres 2019, yakni 21 September 2019. "Tunggu tanggal 21 September 2018. Kan penetapan tanggal 20. Tanggal 21 insya Allah diketahuilah ya," lanjut dia. Ketika ditanya soal status Deddy yang merupakan kader Partai Demokrat, "Nantilah, soal itu ditanyakan ketika saya sudah bilang bersedia," lanjut dia.

Ruhut Sitompul,  Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI

Soal dukungan Partai Demokrat ke pasangan Prabowo-Sandiaga, Ruhut Sitompul masih setengah hati. Ruhut berkaca pada pernyataan Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan yang menyatakan partainya memprioritaskan kesuksesan di Pileg 2019 terlebih dulu, baru disusul kesuksesan pada Pilpres 2019. "Saya juga kaget baca statement waktu kemarin, Hinca, sekjen (Demokrat). Adek saya Hinca. Kalau bicara-bicara begini mereka enggak solid, udah lah," kata Ruhut di Rumah Cemara 19, Jakarta, Rabu (29/8). Ruhut juga melihat sikap Demokrat yang sebelumnya selalu menginginkan politisi Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk mengikuti Pilpres 2019. Ia memperkirakan, selain memprioritaskan Pileg 2019, Demokrat akan kembali mengorbitkan AHY dalam Pilpres 2024. Ruhut menduga Demokrat tak terlalu mengharapkan Prabowo-Sandi memenangkan Pilpres 2019.  Pasalnya, apabila Prabowo-Sandi menang dan Sandi memutuskan maju lagi dalam Pilpres 2024, Demokrat akan khawatir. AHY harus bersaing dengan Sandi.  Ruhut juga menilai dukungan Demokrat terhadap Prabowo-Sandi sebatas memenuhi syarat seperti yang diamanatkan pasal 235 ayat 5 Undang-undang Pemilu.

Hanifan Yudani Kusumah, Atlet pencak silat Indonesia

Ada kejadian yang dipujikan dalam perhelatan Asian Games yang akan berakhir pada pekan ini. Presiden Jokowi dan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Prabowo Subianto berpelukan. Peristiwa ini sangat dipujikan. Adalah pesilat Hanifan Yudani Kusumah yang mengajak Jokowi dan Prabowo saling berpelukan, seusai berhasil meraih medali emas dengan mengalahkan Thai Linh Nguyen (Vietnam) pada kelas C (55-60 kg) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (29/8). Ceritanya begini. Sesaat setelah melakukan selebrasi kemenangan, Hanifan langsung menghampiri ke tempat Presiden Jokowi dan Prabowo berada. Setelah bersalaman dan mendapat ucapan selamat, Hanifan langsung menyatukan Jokowi dan Prabowo dengan cara mengajaknya untuk saling berpelukan. Mereka bertiga pun berpelukan. “Saya terharu, pertama, kenapa harus melakukan seperti itu, bangsa Indonesia itu harus saling menghargai, khan banyak di media sosial yang saling memaki," kata Hanifan seusai acara pengalungan medali.  "Padahal, Indonesia tidak seperti itu, saya ingin mempererat silaturahmi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi