5 Newsmaker: Dari SBY hingga Sandiaga Uno



Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa  lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (10—14 September 2018) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka.

Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Keenam RI

Kalau ada istilah "diam itu emas", Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) menambahkan istilah “bicara itu perak”. SBY menyebutkan istilah "speak is silver" saat menyampaikan serangkaian tweet melalui akun Twitter miliknya, @SBYudhoyono, Rabu (12/9). Istilah itu ia gunakan sebagai penggambaran bahwa tidak selamanya bicara berdampak salah dan buruk. Dalam kapasitasnya sebagai mantan presiden, SBY mengaku tidak sepantasnya terlalu banyak bicara apalagi jika memperkeruh suasana. "Sebagai mantan presiden tentu tidak etis 'tiap hari' berbicara, apalagi kalau bikin gaduh. Itu bukan karakter saya. Seringkali 'diam itu emas'," tulis ketua umum Partai Demokrat ini. Namun, dalam kapasitasnya sebagai pimpinan partai politik, ia harus menyampaikan pandangan dan sarannya terhadap pemerintah. SBY mengaku, dia akan mendukung kebijakan pemerintah yang tepat dan pro rakyat. Namun, kritikan akan ia lontarkan jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang sebaliknya. "Nah, sebagai pemimpin partai politik, dalam keadaan tertentu saya mesti berbicara secara terukur dan konstruktif. Ingat, 'speak is silver'," kata SBY. Dia menganggap pro-kontra yang timbul dari masyarakat atas pernyataan-pernyataan yang ia sampaikan sebagai hal yang wajar dalam sebuah negara yang menganut sistem demokrasi.  


Farhat Abbas, Anggota Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin

Mendapat teguran, Farhat Abbas, meminta maaf atas unggahannya di Instagram, @farhatabbastv226. Itu bermula pada Senin (12/9), politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu mengunggah foto dirinya yang ditambahi tulisan: Pak Jokowi adalah Presiden yang menuntun Indonesia masuk surga! Foto itu diberikan keterangan: "Yang Pilih Pak Jokowi Masuk Surga ! Yang Gak Pilih Pak Jokowi dan Yang Menghina, Fitnah & Nyinyirin Pak Jokowi ! Bakal Masuk Neraka ! ( jubir-Indonesia)". Farhat langsung mendapat teguran dari Sekjen PKB yang juga Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding. "Ya sudah kalau keberatan akhirnya saya tinggal minta maaf saja," kata Farhat saat dihubungi, Rabu (12/9). Permintaan maaf juga sudah disampaikan Farhat di akun instagramnya. Farhat mengatakan, sebenarnya ia menulis pantun itu karena merasa Jokowi sebagai presiden tak hanya membangun jembatan untuk infrastruktur. Namun, menurut dia, Jokowi membangun jembatan ke surga lewat kebijakan revolusi mental. "Jadi orang-orang yang belum mengerti itu ilmunya belum sampai. Pantun itu berbalas pantun. Kata berbalas kata," kata Farhat. "Enggak ada yang salah. Kalau saya ditegur karena takut terganggu, ya saya minta maaf," tambah dia.

Yenny Wahid, Putri Kedua Abdurrahman Wahid

Silaturahim dua bakal calon presiden ke keluarganya beberapa waktu lalu Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid alias Yenny Wahid menyampaikan apresiasi. Dalam dua silaturahim tersebut, Yenny semakin yakin bahwa kedua pasangan calon yang akan berkontestasi di Pilpres 2019 tidak akan menggunakan isu SARA sebagai alat untuk mendulang suara. "Satu hal yang membuat saya gembira, semua capres dan cawapres punya komitmen tidak menggunakan isu SARA dalam pilpres kali ini," ujar Yenny melalui unggahan di akun Instagram-nya, Rabu (12/9). Karena itu, ia berharap komitmen ini juga diikuti dengan taat oleh para pendukung masing-masing pasangan calon. "Semoga para pendukungnya bisa mengikuti komitmen mereka. Kalau itu terjadi, siapa pun pemenangnya, Indonesia tetap juara," ujar Yenny.  

Sandiaga Uno, Bakal Calon Wakil Presiden

Sandiaga Uno berharap Komisi Pemilihan Umum (KPU) menghadirkan format alternatif debat capres-cawapres yang baru. Pasalnya, ia melihat debat dalam kontestasi politik cenderung saling menjatuhkan. "Saya rasakan format debat itu mesti dipikirkan kembali, karena debat itu biasanya menjadi ajang saling bergantung dan saling menjatuhkan, saling menjadi ajang untuk sikut-menyikut," kata Sandi usai mengisi kuliah tamu kewirausahaan di Universitas Darma Persada, Jakarta, Jumat (14/9) siang. "Saya kira justru ini bagian dari pada tugas KPU memastikan bahwa ke depan inovasinya apa supaya tidak terpecah-belah," sambung Sandi. Ia juga berkaca pada debat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Ia merasakan debat antara calon cenderung menegangkan dan bersifat kaku.  "Kenapa enggak konsepnya sarasehan, rembuk, atau menyampaikan visi-misi, pandangan, dan tidak saling menyerang," katanya. Ia mengingatkan, demokrasi di Indonesia harus mempersatukan masyarakat selaku pemilih. Selain itu, kontestasi politik dinilainya harus menggembirakan. Terkait wacana diadakan satu sesi debat berbahasa Inggris yang diusulkan koalisinya, Sandi menegaskan usulan tersebut belum pernah dibicarakan kepada dirinya dan Prabowo Subianto. Sandi menegaskan debat kandidat harus tetap berbahasa Indonesia.

Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra

Terkait masuknya Kwik Kian Gie ke kubu Prabowo-Sandi, Fadli Zon mengungkapkan bahwa Ketua Umum Partai Gerindra yang juga bakal calon presiden, Prabowo Subianto, memiliki kesepahaman terkait permasalahan ekonomi dengan mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri sekaligus ahli ekonomi Kwik Kian Gie. Hal inilah yang menjadi alasan Prabowo meminta Kwik Kian Gie untuk menjadi penasihat sektor ekonomi dalam menghadapi Pemilihan Presiden 2019. "Saya kira iya (sepaham). Beberapa ekonom itu kan ekonom yang berpihak pada ekonomi Pancasila, ekonomi pasal 33 UUD 1945, jadi tidak ada dispute," ujar Fadli saat ditemui di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (13/9) malam. "Saya kira semuanya memiliki pemahaman yang sama bahwa ekonomi kita ini orientasinya adalah untuk kesejahteraan rakyat," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi