Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (2—6 Oktober 2017) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka Gatot Nurmantyo, Panglima TNI Gatot Nurmantyomenegaskan, serangkaian pernyataannya beberapa waktu terakhir yang menuai kontroversi di publik bukan bentuk politik praktis. "Buktikan kepada saya bahwa saya berpolitik praktis. Saya akan mempertanggungjawabkan itu semua. Tidak pernah saya berpolitik praktis," ujar Gatot dalam wawancara khusus dengan Rosiana Silalahi dalam "Rosi" di Kompas TV pada Kamis (5/10) malam. "Kalau saya berpolitik, pasti saya akan berpijak pada salah satu partai, dua partai atau tiga partai. Ini akan membelah dan ini tidak boleh. TNI tidak boleh melakukan politik praktis." Perihal, pernyataan bahwa ada institusi nonmiliter yang mengadakan 5.000 senjata api. Gatot mengakui kalimat itu. Namun, dia membantah maksudnya bukan demikian, karena ada kalimat yang dipotong lalu tersebar di publik. "Tapi ada kata-kata, 'apabila hukum sudah tidak berlaku'. Ekornya itu diputus," kata Gatot. Ia mengatakan, pernyataan tersebut terpaksa dikeluarkan setelah dirinya menganalisis apa yang terjadi di negara-negara Timur Tengah yang dilanda konflik. "Saya menyampaikan keadaan ini karena saya bercermin di Suriah dan Irak. Itu tidak bisa membedakan kombatan dengan nonkombatan," ujar Gatot. "Di situlah terjadi warga sipil bisa memiliki senjata api yang masuk dengan cara ilegal...," tambah Gatot.
5 Newsmakers: Dari Eggi hingga Gatot Nurmantyo
Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (2—6 Oktober 2017) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka Gatot Nurmantyo, Panglima TNI Gatot Nurmantyomenegaskan, serangkaian pernyataannya beberapa waktu terakhir yang menuai kontroversi di publik bukan bentuk politik praktis. "Buktikan kepada saya bahwa saya berpolitik praktis. Saya akan mempertanggungjawabkan itu semua. Tidak pernah saya berpolitik praktis," ujar Gatot dalam wawancara khusus dengan Rosiana Silalahi dalam "Rosi" di Kompas TV pada Kamis (5/10) malam. "Kalau saya berpolitik, pasti saya akan berpijak pada salah satu partai, dua partai atau tiga partai. Ini akan membelah dan ini tidak boleh. TNI tidak boleh melakukan politik praktis." Perihal, pernyataan bahwa ada institusi nonmiliter yang mengadakan 5.000 senjata api. Gatot mengakui kalimat itu. Namun, dia membantah maksudnya bukan demikian, karena ada kalimat yang dipotong lalu tersebar di publik. "Tapi ada kata-kata, 'apabila hukum sudah tidak berlaku'. Ekornya itu diputus," kata Gatot. Ia mengatakan, pernyataan tersebut terpaksa dikeluarkan setelah dirinya menganalisis apa yang terjadi di negara-negara Timur Tengah yang dilanda konflik. "Saya menyampaikan keadaan ini karena saya bercermin di Suriah dan Irak. Itu tidak bisa membedakan kombatan dengan nonkombatan," ujar Gatot. "Di situlah terjadi warga sipil bisa memiliki senjata api yang masuk dengan cara ilegal...," tambah Gatot.