Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (2—6 Januari 2017) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka selama sepekan. Gatot Nurmantyo, Panglima TNI Sejak awal pekan ini, pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang menunda semua kerja sama militer dengan Australia, cukup mengejutkan. Tapi, kita akan segera mafhum. Musababnya, adanya kurikulum dalam pendidikan militer Australia yang menghina TNI dan Pancasila. Gatot menambahkan, keberadaan kurikulum itu diketahui dari laporan seorang perwira TNI AD yang dikirim untuk mengajar di sana. "Pada saat mengajar di sana, ditemukan hal tidak etis sebagai negara sahabat yang mendiskreditkan TNI dan bangsa Indonesia, bahkan ideologi bangsa Indonesia," kata Gatot di Jakarta, Kamis (5/1). Namun, Gatot menambahkan, sudah menerima surat permohonan maaf dari Militer Australia, yang dikirim Kepala Angkatan Udara Australia Marsekal Mark Binskin. Selain permohonan maaf, lanjut Gatot, militer Australia menyatakan tengah melakukan investigasi soal dugaan adanya kurikulum yang menghina TNI dan Pancasila. Terkait dengan berita di media Australia ABC, bahwa ia takut prajuritnya direkrut oleh militer Australia, Gatot dengan tegas menyatakan, "Saya tidak takut karena prajurit-prajurit saya profesional," kata Gatot di Kompleks Istana Kepresidenan. Gatot menegaskan, alasan penarikan prajurit TNI yang mengajar di sekolah militer Australia karena adanya pelecehan terhadap TNI dan Pancasila.
5 Newsmakers: Dari Gatot Nurmantyo hingga Novel
Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (2—6 Januari 2017) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka selama sepekan. Gatot Nurmantyo, Panglima TNI Sejak awal pekan ini, pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang menunda semua kerja sama militer dengan Australia, cukup mengejutkan. Tapi, kita akan segera mafhum. Musababnya, adanya kurikulum dalam pendidikan militer Australia yang menghina TNI dan Pancasila. Gatot menambahkan, keberadaan kurikulum itu diketahui dari laporan seorang perwira TNI AD yang dikirim untuk mengajar di sana. "Pada saat mengajar di sana, ditemukan hal tidak etis sebagai negara sahabat yang mendiskreditkan TNI dan bangsa Indonesia, bahkan ideologi bangsa Indonesia," kata Gatot di Jakarta, Kamis (5/1). Namun, Gatot menambahkan, sudah menerima surat permohonan maaf dari Militer Australia, yang dikirim Kepala Angkatan Udara Australia Marsekal Mark Binskin. Selain permohonan maaf, lanjut Gatot, militer Australia menyatakan tengah melakukan investigasi soal dugaan adanya kurikulum yang menghina TNI dan Pancasila. Terkait dengan berita di media Australia ABC, bahwa ia takut prajuritnya direkrut oleh militer Australia, Gatot dengan tegas menyatakan, "Saya tidak takut karena prajurit-prajurit saya profesional," kata Gatot di Kompleks Istana Kepresidenan. Gatot menegaskan, alasan penarikan prajurit TNI yang mengajar di sekolah militer Australia karena adanya pelecehan terhadap TNI dan Pancasila.