Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (18—22 September 2017) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka selama sepekan. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Adanya tuduhan bahwa bantuan kemanusiaan yang diberikan Pemerintah Indonesia untuk etnis Rohingya di Rakhine State, Myanmar, adalah pencitraan, Jusuf Kalla membantahnya. "Itu bukan untuk pencitraan. Pemerintah selalu berbuat dan selalu ingin tindakan-tindakan yang baik juga diketahui oleh rakyat, semacam pertanggungjawaban," kata Kalla, Selasa (19/9). Menurut Kalla, dalam beberapa kasus lainnya, pemerintah juga aktif mengirimkan bantuan ke negara-negara lain yang membutuhkan misalnya ke Afganistan. Karena itu, ia heran jika ada yang menganggap langkah pemerintah memberikan bantuan untuk Rohingya adalah sebuah pencitraan. "Kalau kita diam-diam saja begitu kan nanti apa. Ini serba salah, diam-diam dikritik, terbuka juga dikritik. Itu juga di Indonesia penting kritikan seperti itu, agar pemerintah bisa kerja proporsional, tidak berlebihan. Tapi dalam kasus ini bukan pencitraan," papar Kalla.
5 Newsmakers: Dari Masinton hingga Kivlan Zein
Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (18—22 September 2017) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka selama sepekan. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Adanya tuduhan bahwa bantuan kemanusiaan yang diberikan Pemerintah Indonesia untuk etnis Rohingya di Rakhine State, Myanmar, adalah pencitraan, Jusuf Kalla membantahnya. "Itu bukan untuk pencitraan. Pemerintah selalu berbuat dan selalu ingin tindakan-tindakan yang baik juga diketahui oleh rakyat, semacam pertanggungjawaban," kata Kalla, Selasa (19/9). Menurut Kalla, dalam beberapa kasus lainnya, pemerintah juga aktif mengirimkan bantuan ke negara-negara lain yang membutuhkan misalnya ke Afganistan. Karena itu, ia heran jika ada yang menganggap langkah pemerintah memberikan bantuan untuk Rohingya adalah sebuah pencitraan. "Kalau kita diam-diam saja begitu kan nanti apa. Ini serba salah, diam-diam dikritik, terbuka juga dikritik. Itu juga di Indonesia penting kritikan seperti itu, agar pemerintah bisa kerja proporsional, tidak berlebihan. Tapi dalam kasus ini bukan pencitraan," papar Kalla.