5 Newsmakers: Dari Tifatul hingga Susi Pudjiastuti



Dalam sepekan banyak peristiwa terjadi, banyak tokoh pembuat berita yang datang dan pergi. Mungkin saja ada peristiwa  lama yang muncul dengan tokoh baru, bisa juga peristiwa baru dengan tokoh lama. Selama sepekan (14—19 Agustus  2017) telah terjadi berbagai kemungkinan. Inilah lima newsmakers yang membuat kita tidak bisa berpaling dari mereka selama sepekan.

Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT)

Peringatan hari kemerdekaan RI ke-72 dapat menjadi peristiwa penting. Pada Kamis itu (17/8), Eko Putro Sandjojo menjadi pemimpin upacara ke-72 di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara.  Yang menarik, pada hari istimewa itu ada 79 tiang yang dipakai untuk mengibarkan bendera merah putih. Total petugas Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang terlibat mencapai 1.478 orang. Dengan keterlibatan anggota Paskibraka itu, Sebatik mampu memecahkan Museum Rekor Indonesia (Muri).  Di tengah acara itu, Eko menjadikannya momentum untuk mengingatkan masyarakat perbatasan akan Tanah Air.  "Dahulu, orang masih menggunakan mata uang asing untuk bertransaksi di Sebatik. Sekarang sudah tidak, tetapi (saya) masih melihat ada produk asing seperti pupuk yang berasal dari negara tetangga," ujar Eko. Karena itu, ia harapkan kondisi itu segera berubah. Ia tak mau ada lagi pupuk atau pun produk asing di wilayah perbatasan. "Mari kita sama-sama membangun negara (ini) dan menjadikannya maju agar cita-cita kemerdekaan untuk mewujudkan masyarakat adil (dan) makmur," katanya kembali.


Zulkifli Hasan, Ketua MPR RI

Zulkifli Hasan menyambut positif kehadiran Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY). Keduanya lama tak saling bertemu dalam acara dan kegiatan yang sama. "Kan bagus. Apa yang jadi masalah? Alhamdulillah," kata Zulkifli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (18/8). Pertemuan keduanya, tambah Zulkifli, memberi contoh positif di tengah kondisi bangsa yang kerap memanas karena perbedaan pandangan politik. Bagi Zulkifli, pertemuan keduanya juga memberikan sinyal positif bagi rakyat bahwa kondisi bangsa saat ini sejuk, aman, dan tentram."Boleh berbeda-beda partai, dukungan pilkada, beda-beda pandangan politik tapi kalau soal merah putih kita satu," tuturnya. Pertemuan Megawati dan SBY menjadi sorotan pada perayaan hari kemerdekaan di Istana. Pasalnya, selama 13 tahun terakhir, keduanya tidak pernah hadir bersama-sama dalam acara hari kemerdekaan di Istana.

Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Ketiga RI

Bacharuddin Jusuf Habibie meyakini segenap bangsa Indonesia bakal menjaga persatuan dan kesatuan yang selama ini sudah terbangun dengan baik.  Ia mengakui di era kebebasan berekspresi seperti saat ini dimungkinkan bagi semua pihak untuk menunjukkan identitasnya masing-masing.  "Waktu saya Presiden saya berikan kebebasan tiap provinsi mendapat kebebasan bisa mengembangkan budayanya masing-masing. Tapi jangan main-main, jangan karena ada kebebasan budaya mau proklamirkan negara," kata Habibie dalam acara Habibie di Rosi di Kompas TV, Kamis (17/8). Ia juga mengatakan jangan sampai Pancasila sebagai dasar negara diutak-atik karena dalam hal itu bangsa Indonesia tak boleh bereksperimen. Ia meminta ketegasan siapa pun yang menjadi pemimpin bangsa Indonesia untuk menjaga persatuan yang berlandaskan Pancasila.

Tifatul Sembiring, Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Doa Tifatul Sembiring dalam Sidang Tahunan MPR 2017 pada Rabu (16/8) cukup menghebohkan. Banyak yang menyayangkan doa itu hanya menyoroti fisik dan bersifat personal.  "Ya Allah ya Rabb, kami lihat badan beliau semakin terlihat kurus, gemukanlah badan beliau yang semakin kurus," ujar Tifatul dalam doanya.  Tifatul juga mendoakan Jokowi agar diberi kesehatan agar mampu memimpin Indonesia ke depan.  "Ya Allah, kami lihat beliau juga kurang waktu untuk beristirahat, setiap hari pasti capek dan lelah. Limpahilah beliau dengan kesehatan untuk menjalankan tugasnya," lanjut mantan Menteri Komunikasi dan Informatika itu.

Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan     

Menjawab pertanyaan seorang mahasiswa, mengapa harga ikan, misalnya tuna, masih mahal padahal jumlah ikan di laut Indonesia meningkat, Susi Pudjiastuti santai saja menjawabnya. Susi Pudjiastuti mengatakan harga daging sapi lebih mahal daripada harga ikan. "Semahal-mahalnya daging ikan pasti lebih murah daripada harga daging (sapi)," ujar Menteri Susi Pudjiastuti dan langsung disambut gemuruh tepuk tangan dari ribuan mahasiswa.  Susi mengatakan, 80 persen daging sapi di Indonesia adalah hasil impor. Dia menyebutkan, sebaiknya kurangi makan daging sapi dan perbanyak makan ikan.  "Makan ikan tongkol dan mujair yang merupakan produk dalam negeri, jangan ikan salmon," ujar Susi yang langsung membuat ribuan mahasiswa tertawa. Saat itu Menteri Susi sedang memberikan kuliah umum di hadapan ribuan mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (18/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi