5 Perbedaan Pola Pikir Orang Kaya dan Orang Miskin Menurut Psikologi



KONTAN.CO.ID - Jalan menuju kesuksesan finansial sering kali dilalui dengan lebih dari sekadar kerja keras dan peluang. 

Psikologi memainkan peran penting dalam membentuk takdir ekonomi kita.

Artikel ini membahas lima perbedaan psikologis penting antara pola pikir orang kaya dan orang miskin,  menawarkan wawasan tentang bagaimana pola pikir kita dapat memengaruhi hasil finansial kita.


Mengutip New Trader U, berikut 10 perbedaan pola piker orang kaya dan miskin menurut psikologi:

1. Lokus Kontrol: Menguasai Takdir Anda

Konsep lokus kontrol sangat mendasar dalam memahami kesenjangan psikologis antara pola pikir orang kaya dan orang miskin. 

Mereka yang memiliki lokus kontrol internal percaya bahwa mereka memiliki kekuatan untuk memengaruhi hasil hidup mereka. Pola pikir ini lebih umum di antara mereka yang sukses secara finansial, yang memandang diri mereka sendiri sebagai arsitek takdir mereka.

Sebaliknya, individu dengan lokus kontrol eksternal sering kali merasa bergantung pada kekuatan luar, perspektif yang lebih umum di antara mereka yang berjuang secara finansial. Mereka mungkin mengaitkan keadaan mereka dengan keberuntungan, nasib, atau tindakan orang lain.

Baca Juga: Putrinya Pinjam Uang untuk Merombak Dapur, Warren Buffett Suruh Pergi ke Bank

Perbedaan persepsi ini dapat secara signifikan memengaruhi perilaku dan hasil. Misalnya, seseorang dengan lokus kontrol internal mungkin menanggapi kehilangan pekerjaan dengan segera memperbarui keterampilan mereka dan berjejaring secara agresif. 

Pada saat yang sama, seseorang dengan lokus kontrol eksternal mungkin secara pasif menunggu peluang baru muncul.

Untuk menumbuhkan lokus kontrol internal, mulailah dengan mengidentifikasi area di mana Anda dapat memberikan lebih banyak pengaruh dan mengambil tindakan yang disengaja untuk membentuk keadaan Anda.

2. Orientasi Sasaran: Memetakan Arah Menuju Kesuksesan

Orang kaya biasanya menetapkan tujuan yang jelas dan  spesifik serta membuat rencana terperinci. Hal ini sejalan dengan teori penetapan tujuan, yang menyatakan bahwa menetapkan tujuan yang menantang namun dapat dicapai mengarah pada kinerja yang lebih tinggi.

Sebaliknya, mereka yang memiliki pola pikir yang lebih buruk sering kali tidak memiliki rencana konkret untuk masa depan, mungkin karena fokus pada kebutuhan langsung atau keyakinan bahwa perencanaan jangka panjang adalah sia-sia.

Baca Juga: Ini Nilai Kekayaan Bersih yang Mendefinisikan Kelas Atas, Menengah, dan Bawah

Pertimbangkan perbedaan antara "Saya ingin menjadi kaya" dan "Saya bertujuan untuk meningkatkan kekayaan bersih saya sebesar 20% tahun ini dengan meningkatkan pendapatan saya melalui pekerjaan sampingan dan memangkas pengeluaran yang tidak perlu." Tujuan yang terakhir bersifat spesifik, terukur, dan dapat ditindaklanjuti.

Cobalah metode SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, and Time-bound) untuk meningkatkan keterampilan Anda dalam menetapkan tujuan: buatlah tujuan Anda secara Spesifik, Terukur, Dapat Dicapai, Relevan, dan Terikat Waktu.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie