HONG KONG. Menurut Indeks Momentum Ekonomi Bloomberg untuk Asia, China adalah negara yang paling memiliki pertumbuhan yang stabil dalam lima tahun ke depan. Karena itulah China menduduki peringkat pertama dari 22 negara berkembang di Asia yang paling berpotensi untuk mencetak pertumbuhan ekonomi terbesar menurut indeks ini. China mendapatkan nilai 76,2% dari 16 kategori penilaian. Beberapa kategori penilaiannya antara lain untuk faktor persaingan ekonomi, tingkat pendidikan, ekspor teknologi dan tingkat inflasi. Penilaian ini menjadi pembuktian bahwa China masih akan terus melanjutkan pertumbuhan yang tinggi ke depannya. Sementara India menjadi negara yang menempati posisi kedua dengan nilai 64,1% dan diikuti oleh Vietnam dengan skor 61,9%. Kemudian Timor-Leste, bekas salah satu provinsi Indonesia itu mendapatkan nilai 25,3%. China dan India telah membuktikan keperkasaannya ketika Eropa dan Jepang mengalami resesi pada 2008 dan 2009, GDP China dan India tetap tumbuh rata-rata 5,4% per kuartal. "China telah membuktikan rekam jejaknya, mereka bisa menjaga pertumbuhan yang superior dalam waktu lama," ujar Dariusz Kowalczky senior ekonom Credit Agricole CIB di Hong Kong. Namun, risiko tak lantas sirna bagi perekonomian China. Fitch Ratings menyatakan Maret lalu bahwa China juga menghadapi potensi krisis perbankan sebesar 60% pada pertengahan 2013 berdasarkan data kredit yang digelontorkan serta harga properti yang menanjak di China. Profesor Sosiologi dari Tsinghua University di Beijing Sun Liping malah memprediksi protes, kerusuhan juga akan meningkat dua kali lipat dalam lima tahun dari 180.000 insiden tahun lalu. Sayang, Indonesia sama sekali tidak dibahas dalam riset ini.
5 tahun ke depan China dan India masih jadi penguasa Asia
HONG KONG. Menurut Indeks Momentum Ekonomi Bloomberg untuk Asia, China adalah negara yang paling memiliki pertumbuhan yang stabil dalam lima tahun ke depan. Karena itulah China menduduki peringkat pertama dari 22 negara berkembang di Asia yang paling berpotensi untuk mencetak pertumbuhan ekonomi terbesar menurut indeks ini. China mendapatkan nilai 76,2% dari 16 kategori penilaian. Beberapa kategori penilaiannya antara lain untuk faktor persaingan ekonomi, tingkat pendidikan, ekspor teknologi dan tingkat inflasi. Penilaian ini menjadi pembuktian bahwa China masih akan terus melanjutkan pertumbuhan yang tinggi ke depannya. Sementara India menjadi negara yang menempati posisi kedua dengan nilai 64,1% dan diikuti oleh Vietnam dengan skor 61,9%. Kemudian Timor-Leste, bekas salah satu provinsi Indonesia itu mendapatkan nilai 25,3%. China dan India telah membuktikan keperkasaannya ketika Eropa dan Jepang mengalami resesi pada 2008 dan 2009, GDP China dan India tetap tumbuh rata-rata 5,4% per kuartal. "China telah membuktikan rekam jejaknya, mereka bisa menjaga pertumbuhan yang superior dalam waktu lama," ujar Dariusz Kowalczky senior ekonom Credit Agricole CIB di Hong Kong. Namun, risiko tak lantas sirna bagi perekonomian China. Fitch Ratings menyatakan Maret lalu bahwa China juga menghadapi potensi krisis perbankan sebesar 60% pada pertengahan 2013 berdasarkan data kredit yang digelontorkan serta harga properti yang menanjak di China. Profesor Sosiologi dari Tsinghua University di Beijing Sun Liping malah memprediksi protes, kerusuhan juga akan meningkat dua kali lipat dalam lima tahun dari 180.000 insiden tahun lalu. Sayang, Indonesia sama sekali tidak dibahas dalam riset ini.