BONTANG. Kebutuhan bahan peledak di Indonesia akan mengalami peningkatan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat melakukan kunjungan ke pabrik bahan peledak milik Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur, Jumat (15/6). Menurut Purnomo, kebutuhan bahan peledak secara nasional saat ini sudah 550.000 ton per tahun. Dalam lima tahun ke depan, kebutuhan bahan baku peledak berupa amonium nitrat itu bisa mencapai 800.000 ton per tahun. Selain untuk militer, kebutuhan bahan peledak terbesar datang dari sektor pertambangan dan minyak dan gas. "Terutama sebagai forward linkage industry bagi sektor pertambangan umum dan migas," ujar Purnomo. Sebagai bahan baku bahan peledak jenis low explosive, amonium nitrat sangat vital bagi perusahaan mineral, pertambangan, dan migas. Tak heran, kebutuhan amonium nitrat sejalan dengan pertumbuhan industri pertambangan di tanah air yang terus meningkat.
5 tahun lagi, RI butuh 800.000 ton bahan peledak
BONTANG. Kebutuhan bahan peledak di Indonesia akan mengalami peningkatan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat melakukan kunjungan ke pabrik bahan peledak milik Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur, Jumat (15/6). Menurut Purnomo, kebutuhan bahan peledak secara nasional saat ini sudah 550.000 ton per tahun. Dalam lima tahun ke depan, kebutuhan bahan baku peledak berupa amonium nitrat itu bisa mencapai 800.000 ton per tahun. Selain untuk militer, kebutuhan bahan peledak terbesar datang dari sektor pertambangan dan minyak dan gas. "Terutama sebagai forward linkage industry bagi sektor pertambangan umum dan migas," ujar Purnomo. Sebagai bahan baku bahan peledak jenis low explosive, amonium nitrat sangat vital bagi perusahaan mineral, pertambangan, dan migas. Tak heran, kebutuhan amonium nitrat sejalan dengan pertumbuhan industri pertambangan di tanah air yang terus meningkat.