KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi global masih menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpastian. Tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas energi dan pangan. Hal tersebut juga diperparah dengan berlanjutnya perang di Ukraina. Tidak hanya itu, situasi ini menjadi lebih rumit saat tensi geopolitik antara Taiwan dan China semakin membara di Semester II-2022. Seperti yang diketahui, China dan Taiwan kini semakin memanas setelah kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto membeberkan strategi yang harus dilakukan pemerintah agar dapat bertahan di tengah ketidakpastian global.
Pertama, seiring ketiadaan momentum musiman hari besar keagamaan yang mendorong konsumsi di kuartal III-2022, maka upaya yang perlu dilakukan pemerintah adalah mengatasi persoalan inflasi yang mulai menggerogoti daya beli masyarakat.
Baca Juga: Ini Tantangan Berat Ekonomi Indonesia di Semester II 2022 Kedua, belanja pemerintah perlu diakselerasi untuk membantu menjaga pertumbuhan ekonomi. Pasalnya dua kuartal berturut-turut kinerja pengeluaran konsumsi selalu tumbuh negatif. Pada kuartal II-2022, pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh -5,24% yoy, atau melanjutkan rapor merahnya di kuartal I-2022 yang juga tumbuh negatif sebesar -7,59% yoy. "Belanja pemerintah sudah pasti ya, tadi dua kali berada di zona merah, jangan sampai terulang di kuartal III dan IV. Tapi juga jangan hanya asal belanja, ya tetap harus mempertimbangkan aspek efektif, efisien dan manfaatnya," tutur Eko.
Ketiga, kinerja sektor dominan yang menampung banyak lapangan kerja seperti sektor industri, pertanian, dan perdagangan perlu ditingkatkan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi. Dalam paparannya, Eko mengatakan bahwa sektor ekonomi yang memiliki kontribusi doble digit bagi pertumbuhan ekonomi seperti sektor industri, pertambangan, pertanian dan perdagangan, ternyata masih tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 yang sebesar 5,44% yoy.
Baca Juga: Tak Mau Pemulihan Ekonomi Terusik, Airlangga Imbau BI Tak Buru-buru Kerek Suku Bunga Padahal secara distribusi pertumbuhan keempat sektor tersebut mendominasi produk domestik bruto (PDB) hingga 56,59%. Menurutnya, dengan masih lambannya pertumbuhan sektor-sektor mendominasi PDB tersebut, menggambarkan masih adanya belenggu persoalan yang menjadi batu sandungan bagi pemulihan di masing-masing sektor.
Keempat, upaya menjaga pasar mitra dagang utama serta mendorong ekspor ke pasar-pasar potensial baru perlu dilakukan pemerintah agar surplus dagang dapat dipertahankan. Pasalnya, tekanan inflasi yang meningkat di negara-negara mitra dagang utama Indonesia bisa berisiko menggerus surplus di periode semester II-2022.
Baca Juga: Ekonomi Kuartal II-2022 Mampu Tumbuh 5,44%, Ini Kata Sri Mulyani Kelima, mendorong peningkatan dan penguatan aktivitas ekonomi domestik dapat menjadi strategi jitu untuk bertahan di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global. "Kita perlu juga melihat ke dalam upaya peningkatan dan penguatan aktivitas ekonomi di domestik dengan harapan nanti ketika ketidakpastian global ini terus berlangsung, ya kita masih bisa bertahan setidaknya begitu ya dengan pertumbuhan paling tidak kita harapkan tidak kurang dari 5%," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli