KONTAN.CO.ID - Akhir-akhir ini kasus leptospirosis di beberapa daerah di Jawa Tengah meningkat. Bahkan terdapat beberapa kasus pasien leptospirosis yang meninggal. Melansir dari Kompas.com (26/3), pada bulan Januari hingga pertengahan Maret 2024 terdapat 7 pasien dari 87 pasien leptospirosis di Jawa Tengah. Kasus terakhir meninggal akibat leptospirosis ditemukan di Boyolali, Jawa Tengah, pekan lalu.
Penyebab, gejala dan cara mencegah penyakit leptospirosis
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya, Dede Nasrullah, menjelaskan ada berbagai faktor-faktor risiko leptospirosis di Indonesia seperti kejadian banjir yang menyebabkan munculnya genangan air setelah banjir atau kondisi selokan dan sanitasi yang buruk di daerah hunian. “Risiko-risiko ini menjadi lebih buruk saat manusia atau hewan terpapar dengan lingkungan yang terkontaminasi seperti air berlumpur, air sungai, banjir, saat berenang, mandi, atau mencuci di sungai,”ujar Dede, dikutip dari situs UM Surabaya (26/3). Pekerja lebih terpapar risiko-risiko ini, terutama mereka yang tidak mengenakan alat pelindung diri, berkegiatan di sawah, mengumpulkan kayu di hutan, dan membersihkan sampah. Dede menambahkan, air minum yang terkontaminasi dapat menjadi risiko infeksi leptospirosis pada manusia jika air tersebut tidak diolah Gejala leptospirosis sama seperti gejala COVID 19 yaitu demam, mata memerah, sakit kepala, panas dingin, nyeri otot, sakit perut, mual, muntah dan diare. Baca Juga: Selain Urin Berbau Tidak Sedap, Ini Tanda-Tanda Batu Ginjal yang Harus Diwaspadai Namun, gejala akan semakin memburuk saat memasuki fase lanjutan. Pada fase hari ke-10 setelah infeksi bakteri telah berpindah ke ginjal, gejala yang muncul diantaranya:- Batuk darah
- Nyeri dada
- Sulit bernapas
- Kulit atau mata lebih menguning
- Urine berdarah
- Keluar bintik-bintik merah pada kulit