6 juta unit mesin pintal sudah uzur



JAKARTA. Penggunaan mesin pemintalan benang asal China sudah mulai banyak di Indonesia. Mesin-mesin tersebut banyak digunakan untuk menggantikan mesin pintal yang usang dan sudah tidak efisian lagi. Sebab, dari 8 juta unit mesin pintal, sebanyak 6 juta sudah berumur lebih dari 20 tahun. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat Usman mengatakan, saat ini para produsen mesin pintal ini sudah mulai membuka layanan purnajual termasuk servis di Indonesia. Dengan penduduk 230 juta orang, idealnya di Indonesia membutuhkan sekitar 20 juta unit mesin pintal. Artinya, China masih memiliki peluang untuk mengisi kekurangan mesin pintal sebanyak 12 juta unit.Satu unit mesin pintal membutuhkan investasi sekitar US$ 100. Artinya, dengan peluang pasar sebanyak 12 juta unit, maka China memiliki potensi investasi sebesar US$ 1,2 miliar. Tapi, China tidak akan melakukan investasi dengan mudah. "Kami akan melakukan investasi setelah ada kepastian fasilitas yang akan didapat dari pemerintah seperti keringanan pajak impor dan sebagainya. "Kalau fasilitasnya sudah jelas, kami akan masuk," ungkap Vice President China Hi Tech Group Corporation Mauxin Ye. Investor China juga akan melakukan investasi secara bertahap setelah mereka mencapai target yang mereka tetapkan. Setelah mencapai target penjualan atau penggunaan mata pintal oleh pabrik pemintalan di Indonesia sebanyak 4 juta unit, baru mereka akan mendirikan pabrik komponen di Indonesia.Sementara itu, untuk mendirikan pabrik perakitan atau asembling China butuh tambahan target penjualan sekitar 8 juta unit. Artinya, ketika sudah ada sebanyak 12 juta unit mata pintal produksi China digunakan di Indonesia, baru China akan mendirikan pabrik asembling di Indonesia. Jika ini terjadi, artinya, pabrik asembling ini hanya akan membidik sisa kebutuhan mesin pintal di Indonesia sebanyak 8 juta unit, ditambah dengan 6 juta unit mesin pintal pengganti untuk yang sudah usang. Di luar itu, produksinya nanti akan diekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: