JAKARTA. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan, ketersediaan energi di masa mendatang masih akan menjadi masalah bagi Indonesia. Saat ini pun ketersediaan energi masyarakat Indonesia masih belum terpenuhi semuanya. "Dalam mengembangkan kebijakan energi, ada salah satu elemen penting, yaitu keberlangsungan (sustainability). Elemen pertama sustainability adalah availability (ketersediaan)," kata Susilo dalam pidato kuncinya pada Seminar "Meeting Indonesia's Future Energy Needs" di Jakarta, Jumat (21/3). Pemerintah, ujar Susilo, memang memiliki tanggung jawab untuk menyediakan energi di Tanah Air. Tidak hanya itu, pemerintah pun harus memastikan energi tersedia bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya untuk mendukung berbagai kegiatan ekonomi. Masalah ketersediaan energi diakui Susilo tidak terlalu terjadi di kawasan Jawa. Namun, krisis energi sangat terlihat di daerah-daerah di luar Jawa, termasuk kawasan terpencil di Sumatra, Maluku, dan Papua. "Kalau di Jawa jangan ditanya, 90-an persen masyarakat di Jawa sudah menikmati listrik. Tapi di Papua, baru 35 persen masyarakat yang terjangkau listrik. Ini artinya 65 persen masyarakat belum menikmati listrik. Ini kan masalah availability," jelasnya. Krisis listrik menjadi ancaman Indonesia ke depan. Masalah ini diakibatkan rencana penambahan pasokan yang dilakukan sejak tahun 2007 tidak dilaksanakan. Permasalahan makin besar karena pertambahan permintaan listrik yang tinggi. Berbagai masalah listrik pun dialami sejumlah wilayah di Tanah Air. Wilayah Sumatera bagian utara (Sumbagut), misalnya, mengalami defisit listrik sebesar sekitar 300 megawatt. Ini menyebabkan aliran listrik di wilayah tersebut sering padam. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
65% penduduk di luar Jawa belum menikmati listrik
JAKARTA. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan, ketersediaan energi di masa mendatang masih akan menjadi masalah bagi Indonesia. Saat ini pun ketersediaan energi masyarakat Indonesia masih belum terpenuhi semuanya. "Dalam mengembangkan kebijakan energi, ada salah satu elemen penting, yaitu keberlangsungan (sustainability). Elemen pertama sustainability adalah availability (ketersediaan)," kata Susilo dalam pidato kuncinya pada Seminar "Meeting Indonesia's Future Energy Needs" di Jakarta, Jumat (21/3). Pemerintah, ujar Susilo, memang memiliki tanggung jawab untuk menyediakan energi di Tanah Air. Tidak hanya itu, pemerintah pun harus memastikan energi tersedia bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya untuk mendukung berbagai kegiatan ekonomi. Masalah ketersediaan energi diakui Susilo tidak terlalu terjadi di kawasan Jawa. Namun, krisis energi sangat terlihat di daerah-daerah di luar Jawa, termasuk kawasan terpencil di Sumatra, Maluku, dan Papua. "Kalau di Jawa jangan ditanya, 90-an persen masyarakat di Jawa sudah menikmati listrik. Tapi di Papua, baru 35 persen masyarakat yang terjangkau listrik. Ini artinya 65 persen masyarakat belum menikmati listrik. Ini kan masalah availability," jelasnya. Krisis listrik menjadi ancaman Indonesia ke depan. Masalah ini diakibatkan rencana penambahan pasokan yang dilakukan sejak tahun 2007 tidak dilaksanakan. Permasalahan makin besar karena pertambahan permintaan listrik yang tinggi. Berbagai masalah listrik pun dialami sejumlah wilayah di Tanah Air. Wilayah Sumatera bagian utara (Sumbagut), misalnya, mengalami defisit listrik sebesar sekitar 300 megawatt. Ini menyebabkan aliran listrik di wilayah tersebut sering padam. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News