MOMSMONEY.ID - Ada banyak culture shock yang terjadi saat pindah ke Australia. Melansir dari
Kompas,
culture shock atau gegar budaya ialah perasaan ketika seseorang merasa terkejut saat menghadapi lingkungan & budaya yang berbeda di wilayah yang baru. Meski Australia sangat dekat dengan Indonesia, namun budaya hingga kehidupan di sana sangat berbeda dari yang selama ini orang Indonesia lakukan.
Lantas, apa saja sih culture shock apa saja sih yang biasa dialami para turis hingga mahasiswa yang baru pertama kali tinggal di Australia? Mari intip selengkapnya.
Baca Juga: 5 Pelukis Paling Terkenal di Dunia, dari Van Gogh, Da Vinci, hingga Michelangelo Cuaca ekstrim
Cuaca ekstrim di Australia membuat orang asing merasakan culture shock. Mengutip
Insider Guides, di setiap negara bagian di benua Australia memiliki perbedaan cuaca yang sangat drastis. Contohnya, ketika di wilayah Australia utara beriklim tropis, maka di Victoria dan Tasmania justru mengalami 4 musim yang berbeda. Maka untuk menghadapi culture shock ini, para turis-mahasiswa di Australia wajib memantau terus aplikasi cuaca agar tak salah kostum.
Orang Australia terlampau ramah
Mungkin bagi orang Indonesia sifat ramah orang Australia tak terlalu dianggap sebagai sebuah keanehan.
Baca Juga: Disebut Kota Suci, Inilah 8 Lokasi Wisata Spiritual yang Mengesankan di Dunia Namun bagi orang asing, khususnya orang Eropa, keramahan orang Australia sangat membuat mereka terheran-heran. Orang Australia selalu menyapa semua orang dengan sapaan “Hi” & “Good morning” bahkan meski tak mengenal siapa yang mereka sapa.
Aussie slang
Banyak orang merasa
culture shock saat mendengar
aussie slang yang asing di telinga.
Aussie slang atau bahasa gaul Australia bisa sangat membingungkan orang. Pendudu setempat terbiasa menggunakan banyak istilah asing seperti “mate”, “arvo”, hingga “brekkie”.
Baca Juga: Urutan 8 Bahasa Tertua di Dunia yang Masih Sering Digunakan dan Dipelajari Jarak antar kota yang sangat jauh
Australia dikenal sebagai benua yang besar. Melansir
International Education Specialist, perjalanan antara satu kota ke kota lain bisa memakan waktu dan jarak yang sangat lama! Meski bikin orang merasakan
culture shock, namun setidaknya penting untuk selalu mempersiapkan segala hal mulai dari waktu, pakaian, cuaca, hingga alat transportasi secara matang sebelum mulai bepergian.
Baca Juga: 5 Negara dengan Tempat Wisata Termurah di Eropa, Wajib Anda Kunjungi Budaya percintaan yang kasual
Orang Australia selalu dikenal akan keramahannya, termasuk juga dalam hal percintaan. Mereka tak segan mengajak kencan seseorang secara kasual. Terkadang, cara ini bikin turis & para perantau kaget. Selain itu, seks juga bukanlah topik yang tabu di Australia. Orang-orang di sana membicarakan seks secara normal (tak sembunyi-sembunyi) kepada teman-temannya. Kabar baiknya, masyarakat Australia sangat menghargai
sex education. Mereka sadar akan pentingnya “praktik aman” dan “persetujuan” saat mengajak hubungan seksual dengan orang yang dicintai. Namun bagaimanapun juga, hal ini tetaplah menjadi contoh dari sekian banyak culture shock yang dirasakan oleh turis asing, termasuk orang Indonesia.
Baca Juga: Ada The Great Blue Hole, Inilah 7 Tempat Terindah di Dunia yang Bisa Dikunjungi Budaya “nyeker”
Laman
Horizon Unknown menyebutkan,
budaya “nyeker” atau berjalan tanpa alas kaki menjadi lumrah di kalangan orang Australia. Culture shock ini kerap kali dihadapi para turis asing ketika pertama kali mengunjungi Australia. Ada banyak orang yang tak menggunakan alas kaki saat berbelanja bahkan di tempat umum seperti jalan raya sekalipun.
Baca Juga: Daftar 23 Negara dengan Zona Waktu Terbanyak di Dunia, Ada Indonesia Juga! Penggemar berat olahraga
Culture shock di Australia ialah rata-rata warganya merupakan penggemar berat olahraga. Mulai dari rugby hingga kriket adalah deretan olahraga yang sangat digemari masyarakat Australia. Hampir semua penduduk di sana merupakan penggemar fanatik klub-klub olahraga. Itulah deretan culture shock yang terjadi saat pertama kali pindah ke Australia. Apakah Anda pernah merasakan salah satunya? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Raissa Yulianti