7 Negara Bagian Menjadi Penentu Hasil Pemilu AS 2024



KONTAN.CO.ID - Hingga saat ini masih ada setidaknya tujuh negara bagian di Amerika Serikat yang sulit ditebak arah dukungannya. Donald Trump dan Kamala Harris masih memiliki sedikit waktu untuk merebut suara di tujuh wilayah tersebut.

Dengan sistem pemilihan umum yang cukup rumit, para calon Presiden AS perlu bekerja keras merebut suara di 50 negara bagian yang ada.

Masing-masing negara bagian memiliki jumlah "elektoral" tertentu berdasarkan jumlah penduduknya. Sebagian besar negara bagian memiliki sistem winner-take-all, yang memberikan semua elektoral kepada siapa pun yang memenangkan suara terbanyak.


Sederhananya, para calon Presiden AS membutuhkan 270 dari 538 suara elektoral untuk menang. Dengan adanya sistem elektoral, ada beberapa negara yang dianggap mampu jadi penentu karena memiliki jumlah elektoral yang tinggi.

Saat ini setidaknya ada tujuh negara bagian yang masih sulit ditembus Trump dan Harris. Berikut adalah daftarnya:

Baca Juga: Donald Trump Gunakan Retorika Rasis untuk Menyerang Kamala Harris

​1. Pennsylvania - 19 suara elektoral

Mengutip AFP, Pennsylvania sempat menjadi wilayah andalan bagi Partai Demokrat. Namun, saat ini pergeseran suara di Pennsylvania sangat cepat berubah.

Trump, dari Partai Republik, menang di wilayah ini pada tahun 2016 dengan selisih 0,7%. Pada tahun 2020, giliran Joe Biden yang menang di wilayah ini dengan selisih 1,2%.

​2. Georgia - 16 suara elektoral

Georgia secara khusus akan sulit bagi Trump. Jaksa di Georgia mendakwa Trump dalam kasus campur tangan pemilu pada tahun 2020. Saat itu Trump diduga menelepon pejabat negara dan mendesak mereka untuk membatalkan kemenangan tipis Biden pada tahun 2020.

Pada masa jabatannya yang pertama, Georgia jadi penentu akhir kemenangannya. Tahun ini, Perubahan demografi kemungkinan akan menguntungkan Harris.

​3. Carolina Utara - 16 suara elektoral

Carolina Utara akan jadi wilayah yang sulit bagi Harris, karena Partai Demokrat baru satu kali menang di sana. Namun, keberagaman populasi yang ada di sana dianggap akan menguntungkan Harris

Bagi Trump, wilayah ini akan sulit karena adanya skandal yang melibatkan kandidat gubernur dari Partai Republik.

Baca Juga: Kamala Harris Berjanji Melipatgandakan Upah Minimum Federal Menjadi US$15 per Jam

Tonton: Elon Musk Sumbang Rp 1,16 Triliun untuk Kampanye Donald Trump

​4. Michigan - 15 suara elektoral

Trump memiliki rekam jejak positif di wilayah ini. Pada pemilu 2016, Trump menang di Michigan yang merupakan basis Partai Demokrat.

Pada tahun 2020, Biden berhasil mengembalikan suara Michigan ke Demokrat, berkat dukungan pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja dan komunitas kulit hitam yang besar.

Tahun ini, jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa mayoritas warga komunitas Arab-Amerika cenderung lebih menyukai Trump.

​5. Arizona - 11 suara elektoral

Pada pemilu 2020, Trump menang dari Biden di Arizona dengan selisih hanya 10.457 suara. Tahun ini Trump berharap warga Arizona kembali memilihnya, karena melihat ada kekecewaan terhadap kebijakan imigrasi yang dikeluarkan Biden.

Bulan September lalu, Harris berkunjung ke negara bagian yang berbatasan dengan Meksiko ini dan berjanji untuk menindak tegas migrasi dan berupaya menghidupkan kembali RUU perbatasan.

Baca Juga: Jelang Pemilu, Donald Trump Semakin Populer di Komunitas Arab-Amerika

​6. Wisconsin - 10 suara elektoral

Wisconsin juga jadi wilayah yang tidak menentu. Pada tahun 2016, Demokrat yang mengusung Hillary Clinton kalah di wilayah ini. Pada periode berikutnya, Biden berhasil membalas kekalahan itu dengan meraih 21.000 suara lebih banyak dari Trump

Tahun ini Trump menganggapnya dapat dimenangkan, dan partainya mengadakan konvensi nasional musim panas di sana.

7. Nevada - 6 suara elektoral

Wilayah terakhir yang dianggap jadi medan perang paling panas adalah Nevada. Wilayah ini belum pernah memenangkan Partai Republik sejak 2004. Saat ini kaum konservatif, yang didominasi komunitas Hispanik, cenderung lebih dekat dengan Trump.

Namun, beberapa minggu terakhir ini Harris dianggap lebih unggul berkat program ekonominya untuk membantu usaha kecil dan memerangi inflasi. Kota terbesar di Nevada, Las Vegas, mungkin akan memberikan banyak suara untuk Harris karena didominasi oleh industri perhotelan.

Selanjutnya: Dorong Regenerasi Petani, Kementan Jalin Kerja Sama dengan Pemkab Banjar

Menarik Dibaca: AdaKami Hadirkan Serial Video Pendek Untuk Dukung Inklusi dan Literasi Masyarakat