KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan agar 7 perusahaan bauksit yang proyek refinery-nya mandek, dapat membentuk konsorsium membangun satu fasilitas pemurnian bersama.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif menjelaskan saat ini banyak perusahaan yang mulai mengembangkan fasilitas pemurnian bauksit.
Dari 12 refinery yang dibangun, sebanyak 4 refinery sudah beroperasi dan 1 refinery milik PT Borneo Alumina Indonesia akan selesai. Jadi ada 7 fasilitas pemunian ini belum ada perkembangan.
Baca Juga: Menggambar Ulang Peta Jalan Hilirisasi “Melihat kondisi ini, timbul ide bagaimana kalau ke 7 perusahaan itu bersatu saja membuat satu refinery. Namun menurut saya pribadi, koordinasi antar perusahaan di Indonesia cukup sulit,”
jelasnya dalam acara Mining for Journalist 2024 di Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Hingga kini diakuinya belum ada
feedback dari pengusaha mengenai ide yang ditawarkan ini.
Sebagai opsi lain, Irwandy turut mengusulkan agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membuat refinery baru. Jika tidak keberatan, solusi ini diharapkan membuat pertambangan bauksit jalan kembali.
Sebelumnya, pemerintah tegas menindak lambannya pembangunan refinery dengan kebijakan pelarangan ekspor bijih bauksit pada Juni 2023 lalu.
Namun, kebijakan ini justru makin memberatkan pelaku usaha tambang. Mereka kesulitan mendapat pendanaan untuk membiayai proyek fasilitas pemurnian.
Oleh karenanya pembangunan refinery bauksit belum ada perkembangan yang berarti hingga kini.
Direktur Hilirisasi Mineral dan Batubara Kementerian Investasi/BKPM, Hasyim Daeng Barang menjelaskan, pelaksanaan hilirisasi bauksit ada sedikit kendala di beberapa perusahaan. Proses konstruksi sempat terhenti karena Covid-19 sehingga sejumlah investor menarik diri dari proyek.
“Kami mencoba memfasilitasi agar perusahaan yang sudah memulai konstruksi bisa mendapatkan investor (baru) supaya pabriknya segera dibangun, selain itu kami juga mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi perusahaan,” ujarnya ditemui di sela acara IMEC 2023 di Jakarta, Selasa (19/12/2023).
Tanpa memerinci, Hasyim menyatakan, berdasarkan data BKPM sudah ada beberapa smelter bauksit yang pembangunannya mencapai 30% sampai 40%. Saat ini pihaknya melihat ada sejumlah ketertarikan dari investor luar negeri masuk ke proyek smelter bauksit.
Baca Juga: Kementerian ESDM Targetkan Pembangunan 16 Smelter Mineral, Ini Kata Pelaku Usaha “Kami coba fasilitasi dan ada beberapa investor yang tertarik gitu. Kami coba lakukan karena kami tidak
bisa masuk dalam proses
business to business karena itukan persoalan perusahaan. Yang pasti ada investor Tiongkok berminat,” jelasnya.
Hanya saja, sejauh ini proses yang sedang berlangsung baru penjajakan dengan perusahaan pemilik proyek dan konsesi. Nantinya proses kesepakatan dan bisnisnya berjalan B2B.
BKPM berharap proses ini dapat berjalan cepat karena targetnya di 2024 sudah ada smelter bauksit baru yang beroperasi. Pasalnya saat ini banyak bijih bauksit yang terdiam dan tidak bisa dimanfaatkan.
“Ada beberapa yang di pertengahan 2024 mungkin dapat beroperasi karena progressnya sudah 50%. Itu pasti dia kejar,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .