KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengocok ulang konstituen indeks IDX High Dividend20. Dalam evaluasi mayor ini, otoritas bursa mendepak tujuh saham. Yakni, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (
BJBR), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (
BJTM), PT Bank CIMB Niaga Tbk (
BNGA) dan PT Baramulti Suksessarana Tbk (
BSSR). Kemudian PT Hexindo Adiperkasa Tbk (
HEXA), PT HM Sampoerna Tbk (
HMSP), dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (
MPMX) juga turut ikut terdepak dari indeks kumpulan saham yang membagikan dividen jumbo ini.
Adapun saham-saham tersebut tersingkir oleh entitas Prajogo Pangestu, yakni PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (
TPIA). Menyusul saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP). Kemudian saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (
INKP), PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF), PT Semen Indonesia Tbk (
SMGR) dan PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR) juga turut masuk dalam indeks ini.
Baca Juga: Pembayaran Dividen di Tahun 2024 Berpeluang Turun, Ini Penyebabnya Pasalnya, saham-saham yang didepak ini memiliki dividen yield jumbo ketimbang yang masuk. Ambil contoh,
BSSR yang sudah membagikan dividen interim tahun buku 2023 sebanyak dua kali. Teranyar,
BSSR membagikan dividen interim sebesar Rp 118,39 per saham pada 24 Januari 2024. Jika mengacu harga
cum date di Rp 3.800 pada 8 Januari 2024, maka dividen yield BSSR mencapai 3,11%. Kemudian pada September 2023, BSSR juga sudah membayarkan dividen interim Rp 349,93. Dengan harga saham di Rp 4.200 pada saat cum date, maka dividen yield-nya mencapai 8,33%. Sementara untuk dividen tahun buku 2022, BSSR membagikan dividen sebesar Rp 341,4 per saham. Pada saat cum date, harga BSSR berada di Rp 3.510, dengan begitu dividen yield-nya sebesar 9,72%. Jika dibandingkan dengan INKP pun masih lebih tinggi BSSR. Dalam empat tahun terakhir, INKP konsisten membagikan dividen senilai Rp 50 per saham kepada pemegang sahamnya. Misalnya pada 2023, dengan harga cum date di Rp 7.200, maka dividen yield INKP mencapai 0,69%. Kemudian pada 2022, dividen yield sebesar 0,64% dan pada 2021 hanya 0,62%. Namun aspek dividend yield bukan hanya satu-satunya yang menjadi perhitungan otoritas. Ternyata, BEI juga memperhitungkan sisi likuiditas transaksi saham hingga nilai kapitalisasi pasar. Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik menjabarkan, salah satu kriteria perhitungan di indeks IDX High Dividend20 ialah nilai atau besaran dividend yield dalam tiga tahun terakhir. Lalu nilai perdagangan di pasar reguler selama tiga, enam dan 12 bulan terakhir. Kemudian yang terakhir, nilai kapitalisasi pasar dan jumlah free float saham yang bersangkutan.
Baca Juga: BEI Akan Menerapkan Skema Baru Perhitungan Indeks Saham, Cermati Efeknya "Berdasarkan kriteria tersebut BSSR tidak masuk dalam top 20 konstituen indeks. Sementara TPIA, UNVR dan saham yang lainnya masuk dalam top 20 sehingga masuk dalam indeks," jelas Jeffrey, Selasa (30/1). Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati memproyeksikan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada kuartal I-2024 salah satunya akan ditopang oleh musim rilis kinerja dan pembagian dividen.
Dia menilai dividend yield yang masih cukup menarik berasal dari emiten sektor batubara. Ini karena harga sahamnya yang sudah cukup terdiskon sehingga probabilitas persentase dividend yield masih cukup menarik. Misalnya PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) dengan estimasi dividen yield 15,83%, PT Adaro Energy Tbk (
ADRO) 11,98%, PT United Tractors Tbk (
UNTR) 9,06% dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) 16,46%. Meski potensi dividen yang dibagikan sangat menggiurkan, tetapi Ike mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati karena masih ada potensi terjadi dividend trap pasca ex-cum date dividen. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi