70 Orang Meninggal Dunia Akibat Cuaca Dingin Ekstrem di Afghanistan



KONTAN.CO.ID - KABUL. Sedikitnya 70 orang meninggal dunia akibat serangan cuaca dingin ekstrem di Afghanistan. Kondisi menjadi terasa semakin buruk karena negara itu masih berjuang menghadapi krisis kemanusiaan pasca pemerintahannya diambil alih Taliban.

Mengutip Al Jazeera, Kementerian Penanggulangan Bencana Aghanistan pada hari Rabu (18/1) mengatakan bahwa 70 orang meninggal dan 70.000 ternak telah mati dalam seminggu terakhir.

Dalam dua minggu terakhir, banyak provinsi di Afghanistan diterpa cuaca dingin ekstrem. Wilayah Ghor misalnya, sempat mencatat suhu hingga -33 derajat Celcius selama akhir pekan lalu.


Mohammad Nasim Muradi, kepala kantor meteorologi Afghanistan. mengatakan bahwa kondisi ini bisa berlangsung hingga beberapa minggu ke depan.

Baca Juga: Pemerintah Taliban dan Junta Myanmar akan Dilarang Terlibat di PBB

"Musim dingin kali ini adalah yang terdingin dalam beberapa tahun terakhir. Kami memperkirakan gelombang dingin akan berlanjut selama seminggu atau lebih," kata Nasim.

Sementara itu, juru bicara pemerintah Afghanistan, Zabihullah Mujahid, memastikan bahwa badan dan pejabat terkait telah diinstruksikan untuk membantu keluarga yang terkena dampak.

"Kami sedih mendengar sejumlah warga kami kehilangan nyawa karena cuaca dingin yang parah. Badan dan pejabat terkait diinstruksikan untuk membantu keluarga yang terkena dampak dan menggunakan semua kemungkinan  untuk mencegah lebih banyak korban," katanya.

Baca Juga: Taliban Resmi Melarang Perempuan Afghanistan Belajar di Universitas

Ini merupakan musim dingin kedua Afghanistan di bawah kendali Taliban. Negara ini berada di tengah krisis kemanusiaan, dengan lebih dari separuh populasinya menghadapi kekurangan pangan.

Bulan lalu, banyak LSM yang masih bekerja di Afghanistan menangguhkan kegiatan mereka di sana sebagai bentuk protes atas kebijakan Taliban yang melarang perempuan bekerja dengan kelompok kemanusiaan, kecuali di sektor kesehatan.

Awal pekan ini beberapa lembaga bantuan mengatakan mereka melanjutkan operasi setelah otoritas Taliban meyakinkan bahwa perempuan akan diizinkan untuk bekerja.