70.000 Ton Kakao Numpuk Tak Diekspor



JAKARTA. Lantaran banyak eksportir tidak melakukan mengirimkan biji kakao ke luar negeri seperti biasanya, maka stok biji kakao di kalangan eksportir saat ini menumpuk. Volumenya mencapai 70.000 ton. Stok ini bukan hanya dari bulan April saja, tetapi juga termasuk carry over dari bulan-bulan sebelumnya. Tumpukan stok biji kakao ini agaknya bakal terus bertambah jika para eksportir tidak bisa mencari jalan keluar agar mereka bisa mengekspor tanpa harus merugi. Menurut data resmi dari Kementerian Perdagangan, rata-rata realisasi ekspor biji kakao tahun 2009 sebanyak 44.599 ton per bulan, sedikit lebih tinggi dari rata-rata ekspor bulanan 2008 yang mencapai 42.961 ton. Dengan demikian, jika alokasi ekspor biji kakao tahun ini diasumsikan sama dengan tahun lalu, dalam beberapa bulan saja stok biji kakao akan membludak.Askindo mengaku terus berusaha melobi pemerintah agar bersedia menunda pemberlakuan BK biji kakao tersebut. Selama satu bulan ini, pengurus Askindo sudah mendatangi Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan. "Ketika ke Kementerian Pertanian, kami mendapatkan jawaban bahwa domain kebijakan tersebut di Kementerian Perdagangan. Namun ketika ke Kementerian Perdagangan, jawabannya bahwa kebijakan tersebut ada di Kementerian Keuangan," kata Sekretaris Jendral Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang.Meski terkesan "dilempar-lempar" ada sedikit kabar baik yang mereka dapat. Ketika bertemu pejabat di Kementerian Perdagangan, pejabat tersebut berjanji pemerintah akan mengakomodir kepentingan Askindo. Tapi sejauh ini belum ada bentuk konkretnya. Makanya, beberapa anggota Askindo bilang, pertemuan tersebut belum menghasilkan apa-apa, alias buntu. Sebagaimana pernah ditulis Harian KONTAN, Askindo ngotot minta penundaan pemberlakukan BK biji kakao. Sebab, penetapan kebijakan ini tanpa sosialisasi yang cukup, sehingga bisa memukul para pelaku usaha kakao.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: