70.000 Mobil Listrik BYD Terbengkalai di Pelabuhan Brasil, Tak Laku Dijual!



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Brasil, pasar mobil terbesar keenam di dunia, kini menghadapi ketegangan yang semakin besar antara produsen mobil China dan industri lokal.

Meskipun perusahaan seperti BYD dan Great Wall Motor berhasil mengguncang pasar mobil Brasil dengan kendaraan listrik (EV), mereka kini menghadapi tantangan yang lebih besar.

Penumpukan lebih dari 70.000 mobil listrik yang tidak terjual di pelabuhan Brasil menunjukkan kesulitan yang dialami oleh produsen mobil China untuk mempertahankan pertumbuhan mereka yang kuat di negara ini.

Pertumbuhan yang Pesat di Awal, Kini Tantangan Berat


Pada awalnya, perusahaan-perusahaan China seperti BYD berhasil menembus pasar Brasil dengan menawarkan mobil listrik dengan harga yang lebih murah dibandingkan kendaraan bermesin pembakaran. 

Baca Juga: Cetak Sejarah! Produksi Tahunan Pabrik BYD Melampaui 1 Juta Unit pada 2024

BYD, yang menjadi pemain utama dalam pasar mobil listrik Brasil, mampu menarik perhatian konsumen dengan harga model terendah yang hanya sekitar R$ 115.800 (US$ 19.100).

Tak heran jika perusahaan ini berhasil menguasai pangsa pasar yang cukup besar, bahkan lebih cepat daripada produsen mobil lokal yang sebelumnya tidak terlalu fokus pada kendaraan listrik.

Namun, setelah Brasil mulai memberlakukan pajak impor pada kendaraan listrik, kondisi mulai berubah. Pemerintah Brasil, di bawah kepemimpinan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, kembali mengenakan pajak 10 persen yang direncanakan akan meningkat menjadi 35 persen pada tahun 2026.

Langkah ini didorong oleh perusahaan mobil lokal yang ingin melindungi pasar mereka dari dominasi kendaraan listrik murah dari China.

Strategi BYD untuk Mengatasi Pajak Impor

Sebagai respons terhadap kebijakan ini, BYD berusaha mengatasi tarif impor dengan mengirimkan mobil lebih banyak sebelum pajak diberlakukan. Pada November 2023, BYD dilaporkan memiliki 35.000 mobil tersisa di pelabuhan, yang mencakup sekitar empat bulan inventaris.

Menurut Alexandre Baldy, eksekutif senior dari BYD Brasil, langkah ini merupakan bagian dari strategi untuk menjaga harga tetap kompetitif dan melawan apa yang ia sebut sebagai industri domestik yang "ketinggalan zaman."

Baca Juga: Keluarga Porsche-Piech Dorong Penutupan Pabrik Volkswagen di Jerman

Namun, meskipun pasar Brasil terus tumbuh, tantangan baru mulai muncul. Infrastruktur pengisian daya untuk kendaraan listrik di Brasil masih terbatas, yang membuat konsumen ragu untuk beralih dari mobil berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik. 

Ricardo Bastos, Direktur Hubungan Pemerintah Great Wall Motor Brasil, menekankan bahwa untuk mempercepat adopsi EV, perlu ada peningkatan infrastruktur yang lebih besar.

Kedua perusahaan China, BYD dan Great Wall Motor, semakin agresif dalam menghadapi pasar Brasil dengan rencana untuk membuka pabrik di negara tersebut. 

BYD diperkirakan akan mulai memproduksi mobil listrik di pabrik baru mereka pada bulan Maret 2025, dengan investasi sebesar R$ 5,5 miliar dan kapasitas produksi tahunan mencapai 300.000 mobil. Great Wall Motor juga merencanakan investasi R$ 10 miliar di bekas pabrik Daimler.

Reaksi Industri Mobil Lokal

Persaingan yang semakin ketat membuat produsen mobil lokal seperti Volkswagen, Toyota, dan Renault semakin giat berinvestasi.

Pada tahun 2024, mereka mengumumkan investasi lebih dari R$ 100 miliar untuk mengembangkan model hybrid yang menggabungkan mesin pembakaran dengan tenaga listrik. 

Stellantis, pemilik merek Fiat, Jeep, dan Peugeot, juga merencanakan untuk menjual model EV dari mitra mereka di China, Leapmotor, di Brasil pada awal tahun 2024.

Baca Juga: Honda Targetkan Penjualan Mobil Hybrid Global 1,3 Juta Unit pada 2030

Bagi perusahaan mobil China, tantangan di pasar Brasil semakin berat dengan adanya kebijakan pajak dan persaingan dari produsen lokal yang semakin kuat. 

Emanuele Cappellano, Chief Operating Officer Stellantis di Amerika Selatan, menyatakan bahwa pengenalan pajak impor ini akan membantu menciptakan kesetaraan dalam persaingan di pasar Brasil.

Sementara itu, Seitz, eksekutif Volkswagen, menilai bahwa kompetisi adalah hal yang baik karena memaksa semua pihak untuk lebih inovatif dan efisien dalam strategi mereka.

Meskipun terdapat tantangan besar, Brasil tetap menjadi pasar kunci bagi produsen mobil, terutama dalam sektor kendaraan listrik.

Dengan populasi yang besar dan potensi pasar yang tinggi, siapa yang berhasil menavigasi perubahan kebijakan dan infrastruktur akan meraih keuntungan besar di masa depan.

Selanjutnya: Schneider Electric Foundation Beri Pelatihan Transisi Energi, EBT & Keberlanjutan

Menarik Dibaca: Celios: Ekonomi Digital 2025 di Indonesia Tumbuh tapi Masih Terbatas

Editor: Handoyo .