73.000 Ritel AS Bakal Ditutup Pada Awal Tahun Depan



NEW YORK. Para pelaku ritel di Amerika Serikat (AS) saat ini tengah menghadapi masalah pelik. Mulai bulan depan, mereka dihadapkan pada masalah penutupan gerai, kebangkrutan dan pengambil alihan perusahaan akibat anjloknya penjualan selama musim liburan yang merupakan angka terburuk dalam 40 tahun terakhir.

Berdasarkan data dari International Council of Shopping Centers (ICSC), diperkirakan, para pelaku ritel akan menutup sekitar 73.000 gerai pada kuartal pertama 2009. Talbots Inc dan Sears Holdings Corp merupakan beberapa perusahaan yang akan menutup beberapa toko miliknya di beberapa lokasi dengan penjualan terendah.

Selain itu, lebih dari selusin peritel, termasuk di dalamnya Circuit City Stores Inc, Linens N Things Inc, Sharper Image Corp dan Steve & Barrys LLC sudah mengajukan perlindungan kebangkrutan (bankruptcy protection) pada tahun ini seiring dengan terjadinya pengetatan kredit dan resesi yang menurunkan angka penjualan.


Menurut Burt Flickinger, manager director Strategic Resource Group, para investor akan melihat banyak pelaku ritel yang mencari bankruptcy protection pada bulan Februari pada saat mereka membukukan laporan keuangannya.

"Anda akan melihat banyak department store, specialty store, toko diskon, toko grosir, toko obat, dan lain-lain akan baik perusahaan multinasional atau nasional akan keluar dari bisnis ini. Jumlahnya akan menimbulkan kekhawatiran baru," jelas Flickinger.

Dengan menggunakan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja, ICSC juga memprediksi, sekitar 148.000 toko akan ditutup pada 2008. Angka tersebut merupakan yang terbesar sejak tahun 2001 lalu dimana terdapat sekitar 151.000 toko yang ditutup. Menurut ICSC Chief Economist Michael Niemira, jumlah gerai yang didirikan akan mengalami penurunan sekitar 3% pada tahun ini.

Selain itu, jumlah lokasi dibukanya gerai juga mengalami kondisi serupa. Niemira bilang, sekitar 73.000 lokasi juga akan ditutup pada kuartal pertama 2009.

Meski demikian, kesulitan yang dialami oleh para peritel memberi keuntungan kepada para konsumen. "Jika Anda berbelanja ke ritel saat ini, dimana-mana banyak sekali diskon," ungkap Patrick McKeever, senior equity analyst MKM Partners LLC.

Sayangnya, diskon yang diberikan oleh beberapa peritel seperti Macys, Ann Taylor Inc dan peritel lainnya gagal mendongkrak penjualan. Bahkan, pada dua bulan terakhir, jumlah penjualan mengalami penurunan sebesar 4%.

Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan AS, perekonomian Negeri Paman Sam itu diperkirakan akan mengalami penyusutan pada kuartal tiga sebesar 0,5%. Sedangkan para ekonom yang disurvei Bloomberg sepakat, negara dengan perekonomian terbesar dunia itu akan mengalami tekanan hebat hingga paruh pertama 2009.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie