JAKARTA. Sebagian besar pinjaman valuta asing perusahaan multifinance di Indonesia berbentuk mata uang dollar Amerika Serikat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dari total pinjaman asing multifinance per Januari 2015 yang sebanyak Rp 114,6 triliun, sebesar Rp 84,96 triliun (US$ 6,73 miliar) atau 74,13%-nya berbentuk dollar AS. "Sedangkan sisanya dalam bentuk mata uang yen yaitu berjumlah JPY 277,09 miliar yang ekuivalen dengan Rp 29,65 triliun," ujar Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK, Kamis (12/3). Total pinjaman tersebut sudah termasuk pinjaman langsung maupun melalui penerbitan obligasi. Meski jumlahnya pinjaman valas tersebut porsinya fantastis, OJK meyakinkan bahwa industri pembiayaan telah melakukan lindung nilai alias hedging. Artinya, multifinance tanah air melakukan matching currency antara sumber pendanaan dan penyaluran pembiayaan. Sehingga sumber penerimaan dalam bentuk valas tertentu dapat men-set-off kewajiban untuk jenis valas yang sama. "Selain itu, bagi multifinance yang memiliki foreign currency gap juga melakukan cross currency swap sehingga risiko nilai tukar tersebut diharapkan dapat dimitigasi dengan baik," tuturnya.
74,13% pinjaman multifinance berbentuk dollar
JAKARTA. Sebagian besar pinjaman valuta asing perusahaan multifinance di Indonesia berbentuk mata uang dollar Amerika Serikat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dari total pinjaman asing multifinance per Januari 2015 yang sebanyak Rp 114,6 triliun, sebesar Rp 84,96 triliun (US$ 6,73 miliar) atau 74,13%-nya berbentuk dollar AS. "Sedangkan sisanya dalam bentuk mata uang yen yaitu berjumlah JPY 277,09 miliar yang ekuivalen dengan Rp 29,65 triliun," ujar Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK, Kamis (12/3). Total pinjaman tersebut sudah termasuk pinjaman langsung maupun melalui penerbitan obligasi. Meski jumlahnya pinjaman valas tersebut porsinya fantastis, OJK meyakinkan bahwa industri pembiayaan telah melakukan lindung nilai alias hedging. Artinya, multifinance tanah air melakukan matching currency antara sumber pendanaan dan penyaluran pembiayaan. Sehingga sumber penerimaan dalam bentuk valas tertentu dapat men-set-off kewajiban untuk jenis valas yang sama. "Selain itu, bagi multifinance yang memiliki foreign currency gap juga melakukan cross currency swap sehingga risiko nilai tukar tersebut diharapkan dapat dimitigasi dengan baik," tuturnya.