8 Bank Berpotensi Sistemik di PUAB



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengidentifikasi ada delapan bank yang berpotensi menyulut terjadinya contagion risk di pasar uang antar bank (PUAB). Imbasnya, bank-bank tersebut bisa menurunkan rasio kecukupan modal 10 bank lainnya menjadi di bawah 8%.

Fakta tersebut terungkap dalam hasil uji tekanan (stress test) BI terhadap kondisi PUAB tanah air dengan menggunakan metode single failure. Menurut laporan kajian stabilitas keuangan BI, interbank stress test ditujukan untuk menilai dampak contagion risk (risiko penularan) dalam transaksi antar bank.

Risiko ini sifatnya sistemik, di mana kegagalan suatu bank bisa berdampak pada bank lain sepanjang bank-bank tersebut saling bertransaksi dalam jumlah signifikan. Alhasil, kegagalan bayar oleh bank peminjam bisa menimbulkan kerugian dan menekan permodalan bank kreditur.


Untuk menguji risiko sistemik tersebut, BI menggunakan data perbankan akhir tahun 2009. "Ada delapan bank yang akan memicu contagion risk," papar BI dalam laporan publikasi, Senin (31/5).

Likuiditas longgar

Mengutip statistik BI, hingga akhir Maret 2010, penyaluran dana bank umum di PUAB naik 1,3% dari Desember 2009 menjadi Rp 264,92 triliun. Besar kewajiban bank umum di PUAB pada periode yang sama turun 3,9% menjadi Rp 129,27 triliun.

Bank asing tercatat sebagai kelompok bank yang naik nilai kewajiban PUAB-nya sebesar 31,6% menjadi Rp 26,17 triliun. Di saat yang sama, penempatan dana bank asing di PUAB turun tipis 0,27%. Penempatan dana bank persero di PUAB juga turun 14% menjadi Rp 85,03 triliun. Nilai kewajiban bank persero di PUAB pun susut 25,8% menjadi Rp 33,76 triliun.

Kalangan bankir enggan mengomentari lebih jauh hasil stress test BI tersebut. "Metodenya seperti apa kami tidak tahu, jadi susah dikomentari," ujar Direktur Bank UOB Buana Safrullah Hadi. Namun, bankir ramai-ramai menegaskan, situasi likuiditas perbankan saat ini masih kondusif. PUAB belum mencatat perubahan signifikan pasca BI menjarangkan lelang Sertifikat BI. "Belum ramai, mungkin karena likuiditas masih cukup longgar," imbuhnya.

Kepala Tresuri Bank BCA Branko Windoe menuturkan, peserta PUAB di Tanah Air masih relatif sehat. Hal ini bisa dilihat dari kepemilikan surat berharga sebagai secondary reserves yang cukup memadai, baik dalam bentuk SBI maupun SUN. Kedua instrumen tersebut bisa digadaikan (repo) ke bank sentral jika sewaktu-waktu membutuhkan likuiditas.

"Kemungkinan terjadi kegagalan 8 bank seperti hasil stress test BI itu saya kira kecil," katanya. Apalagi, saat ini aturan BI sudah semakin ketat menggiring bank agar memitigasi risiko lebih cermat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test