JAKARTA. Upaya Badan Urusan Logistik (Bulog) mengontrol harga dengan mengguyur beras ke pasaran dinilai tak begitu efektif menjinakkan harga beras. Pasalnya, posisi Bulog saat ini tidak memiliki kekuasaan menentukan harga beras, sebab mereka hanya menguasai 20% - 25% pangsa pasar beras di Indonesia. Sebaliknya pengusaha beras menguasai 75% - 80% pangsa pasar. Data ini terungkap berdasarkan penelusuran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di lapangan. Menurut Komisioner KPPU Syarkawi Rauf, kebutuhan beras nasional mencapai 2,5 juta ton per bulan. Dari jumlah tersebut, Bulog hanya memiliki market share yang kecil di pasar beras. Jadi kalau para pengusaha beras - yang mendominasi pangsa pasar - kompak melakukan kartel, maka peran Bulog tidak ada artinya.
80% pangsa pasar beras dikontrol pedagang swasta
JAKARTA. Upaya Badan Urusan Logistik (Bulog) mengontrol harga dengan mengguyur beras ke pasaran dinilai tak begitu efektif menjinakkan harga beras. Pasalnya, posisi Bulog saat ini tidak memiliki kekuasaan menentukan harga beras, sebab mereka hanya menguasai 20% - 25% pangsa pasar beras di Indonesia. Sebaliknya pengusaha beras menguasai 75% - 80% pangsa pasar. Data ini terungkap berdasarkan penelusuran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di lapangan. Menurut Komisioner KPPU Syarkawi Rauf, kebutuhan beras nasional mencapai 2,5 juta ton per bulan. Dari jumlah tersebut, Bulog hanya memiliki market share yang kecil di pasar beras. Jadi kalau para pengusaha beras - yang mendominasi pangsa pasar - kompak melakukan kartel, maka peran Bulog tidak ada artinya.