JAKARTA. Masyarakat Indonesia agaknya masih harus belajar banyak mengenai investasi jangka panjang, terutama untuk perencanaan dana pensiun. Soalnya, Survey HSBC Indonesia menyebutkan, sebanyak 93% responden terpaksa menunda masa pensiun mereka dari usia 55 tahun menjadi 58 tahun demi memenuhi kebutuhan saat pensiun.Maklumlah, survei HSBC Indonesia melansir, sebanyak 82% responden masih memarkirkan dana pensiun mereka di produk tabungan dan deposito. Diikuti menjual atau menyewakan properti, dana jaminan sosial tenaga kerja, warisan, serta dukungan dari keluarga. Ironisnya, 6% responden malah mengaku tidak memiliki perencanaan pensiun.Namun demikian, ada juga responden yang mulai menempatkan dana pensiun mereka di instrumen investasi, seperti saham, reksadana, surat utang dan obligasi atau unitlink. Di samping, perencanaan pensiun dari tempat bekerja.“Tak heran, dari harapan hidup untuk 18 tahun ke depan, responden hanya mampu membiayai hidup mereka selama 10 tahun. Responden memperkirakan, seluruh tabungan mereka akan habis untuk membiayai kehidupan saat pensiun,” ujar Steven Suryana, SVP & Head of Wealth Management HSBC Indonesia.Survey HSBC Indonesia dilakukan selama kuartal pertama tahun ini di Jakarta dan Surabaya. Adapun responden survei ini berasal dari masyarakat dengan aset likuid lebih dari Rp 100 juta, usia di atas 30 tahun. HSBC Indonesia baru-baru ini meluncurkan produk perencanaan pensiun. Instrumen investasi pilihan untuk produk ini, antara lain obligasi dan sukuk ritel, obligasi pemerintah, reksadana, asuransi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
82% masyarakat parkir dana pensiun di deposito
JAKARTA. Masyarakat Indonesia agaknya masih harus belajar banyak mengenai investasi jangka panjang, terutama untuk perencanaan dana pensiun. Soalnya, Survey HSBC Indonesia menyebutkan, sebanyak 93% responden terpaksa menunda masa pensiun mereka dari usia 55 tahun menjadi 58 tahun demi memenuhi kebutuhan saat pensiun.Maklumlah, survei HSBC Indonesia melansir, sebanyak 82% responden masih memarkirkan dana pensiun mereka di produk tabungan dan deposito. Diikuti menjual atau menyewakan properti, dana jaminan sosial tenaga kerja, warisan, serta dukungan dari keluarga. Ironisnya, 6% responden malah mengaku tidak memiliki perencanaan pensiun.Namun demikian, ada juga responden yang mulai menempatkan dana pensiun mereka di instrumen investasi, seperti saham, reksadana, surat utang dan obligasi atau unitlink. Di samping, perencanaan pensiun dari tempat bekerja.“Tak heran, dari harapan hidup untuk 18 tahun ke depan, responden hanya mampu membiayai hidup mereka selama 10 tahun. Responden memperkirakan, seluruh tabungan mereka akan habis untuk membiayai kehidupan saat pensiun,” ujar Steven Suryana, SVP & Head of Wealth Management HSBC Indonesia.Survey HSBC Indonesia dilakukan selama kuartal pertama tahun ini di Jakarta dan Surabaya. Adapun responden survei ini berasal dari masyarakat dengan aset likuid lebih dari Rp 100 juta, usia di atas 30 tahun. HSBC Indonesia baru-baru ini meluncurkan produk perencanaan pensiun. Instrumen investasi pilihan untuk produk ini, antara lain obligasi dan sukuk ritel, obligasi pemerintah, reksadana, asuransi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News