83 situ Bogor belum dikeruk, Jakarta rawan banjir



BOGOR. Musim hujan makin mendekati puncaknya. Upaya untuk mencegah banjir yang kerap melanda Jakarta pun dilakukan. Antara lain adalah dengan menormalisasi 84 Situ di Bogor.

Namun hingga kini baru satu situ yang sudah masuk tahap pengerukan, yakni Situ Leuwi Nutug di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Itupun baru pengerukan awal. Tak akan selesai di bulan Januari 2015, saat musim hujan memasuki puncaknya.

Normalisasi situ-situ lain masih belum jelas sehingga ancaman banjir masih membayangi Jakarta. Apalagi disinyalir ada beberapa kesalahan dalam menentukan lokasi situ yang hendak dinormalisasi di Bogor, lantaran tidak mengetahui persis sejarahnya.


Muhidin (47), Ketua RT 3 RW 10 di Desa Cijujung, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, malah menertawakan rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor menormalisasi Situ Cijujung. Penyebabnya, menurut Muhidin, ada kesalahan menentukan lokasi Situ Cijujung yang berfungsi menampung air dari aliran Kali Cilame, anak Kali Ciliwung.

Pemkab berencana menormalisasi Situ Cijujung di RW 10, dekat rumah Muhidin. Situ itu kini sudah berubah jadi tempat warga memelihara ikan. Persisnya awal tahun 1990-an warga mulai menyekat Situ Cijujung di RW 10 jadi kolam-kolam kecil yang banyak. Sebagian besar kemudian memelihara ikan lele.

Namun lokasinya kini lebih mirip hutan. Pohon semak tumbuh di setiap sisi. Sampah berserakan di beberapa sisi Situ Cijujung. Air di situ pun warnanya berubah hijau, tak lagi bersih. Luas Situ Cijujung di RW 10 diperkirakan seluas lima hektar.

Muhidin mengaku warga sudah diberi kabar dua bulan lalu soal normalisasi. Warga pasrah. "Sejak awal kami sudah sadar itu bukan milik kami. Jadi silakan saja kalau mau dinormalisasi," ujar Ibrohim (77), Warga Kampung Cijujung, RT 2/13, Desa Cijujung yang memiliki dua kolam di Situ Cijujung.

Tapi Muhidin juga tak habis pikir, lantaran baginya, Pemkab salah menentukan lokasi. Menurutnya, dari cerita orang-orang yang menghabiskan masa kanak-kanak tahun 1960-an di Desa Cijujung, Situ Cijujung yang sebenarnya berada sekitar 700 meter dari Situ Cijujung di RW 10. "Jadi dulunya memang ada dua situ di sini," ujarnya.

Situ Cijujung di RW 10 termasuk kecil. Tapi Situ Cijujung yang lebih besar berada di wilayah Kampung Cijujung Tanah Merah, RW 5, Desa Cijujung. Lokasi itu kini sudah jadi perumahan. Muhidin lebih Situju jika Pemkab mengembalikan situ itu lagi. Sebab dahulu situ utamanya di situ.

Muhidin mengaku mendapat cerita itu langsung dari mantan Ketua RW 10, Juhaini, yang meninggal pertengahan 2014 ini. Dari cerita Juhaini, sampai tahun 1965 Situ Cijujung di Kampung Cijujung Tanah Merah masih berfungsi. Lokasinya sungguh indah saat itu. Pohon Kirai yang berdaun lebat tumbuh di pinggir situ. Udara selalu sejuk walau panas terik. Warga biasa mandi dan mencuci di situ itu.

Namun selepas tahun 1965 Situ Cijujung di Kampung Cijujung Tanah Merah mulai tak berfungsi. Penyebabnya ada pintu air yang rusak. Sehingga air dari Kali Cilame tak bisa lagi dialirkan ke dalam situ itu. Tak pernah ada perbaikan. Lokasinya perlahan berubah menjadi rawa-rawa.

Lalu sekitar tahun 1995 pengembang perumahan mulai masuk. Sekarang sebagian besar lokasi yang tadinya situ itu sudah berubah jadi rumah. Sisanya, sebagian kecil masih berupa lahan kosong, tapi sudah diurug, siap dibangun apabila ada yang berminat.

Tapi ada pula yang masih berupa rawa. Pihak perumahan memilih menyekat dengan tembok sepotong tanah yang masih jadi rawa itu. Sekarang setelah dua Situ Cijujung tak lagi berfungsi, air terus mengalir langsung ke Jakarta, melalui kali Cikeas dan lalu masuk ke Jakarta melalui Jakarta Timur.(Theo Yonathan Simon Laturiuw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa