9 Meninggal Dunia, WHO Gelar Rapat Darurat Terkait Virus Marburg



KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggelar pertemuan darurat yang "mendesak" pada hari Selasa (14/2/2023) sebagai tanggapan atas wabah virus Marburg yang mematikan di Afrika.

Melansir AFP, sedikitnya sembilan orang dipastikan telah meninggal dalam wabah virus yang pertama kali terjadi di Ekuatorial Guinea. Kondisi ini mendorong pejabat WHO bertemu untuk membahas kemajuan kandidat vaksin dan pengobatan.

Virus Marburg adalah salah satu penyakit paling mematikan yang diketahui manusia. Virus ini menyebabkan demam berdarah dengan rasio kematian setinggi 88% – jauh lebih mematikan daripada saudara sepupunya yang lebih terkenal, virus Ebola, yang telah mendatangkan malapetaka di beberapa bagian Afrika.


WHO menjelaskan, seperti Ebola, penyakit ini ditularkan ke manusia dari kelelawar buah dan menyebar ke manusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi dan permukaan seperti seprai atau pakaian.

Tidak ada vaksin atau perawatan antivirus untuk virus mematikan itu.

“Marburg sangat menular. Berkat tindakan cepat dan tegas oleh otoritas Ekuatorial Guinea dalam mengonfirmasi penyakit tersebut, tanggap darurat dapat dilakukan dengan cepat sehingga kami menyelamatkan nyawa dan menghentikan virus sesegera mungkin,” kata Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika.

Sampel dari Ekuatorial Guinea Khatulistiwa dikirim ke laboratorium di Senegal untuk menentukan penyebab wabah setelah peringatan dari pejabat kesehatan setempat pekan lalu, kata WHO.

Sejauh ini, sembilan orang dari 16 kasus yang diduga virus Marburg telah meninggal dunia, dengan gejala termasuk demam, kelelahan, diare dan muntah darah.

Baca Juga: Guinea Khatulistiwa Konfirmasi Wabah Penyakit Marburg, Pembatasan Warga Diterapkan

Gejala virus Marburg

WHO menjelaskan, gejala yang menyakitkan berlangsung cepat, dan pasien biasanya mengalami gejala perdarahan parah dalam tujuh hari.

Setelah berhari-hari terinfeksi, pasien dideskripsikan menunjukkan ciri-ciri seperti "hantu", mata cekung, wajah tanpa ekspresi, dan kelesuan yang ekstrem, kata agensi tersebut.

Kasus fatal biasanya melibatkan darah dalam muntahan dan tinja serta pendarahan dari hidung, gusi dan vagina.

WHO mengatakan sedang mengirim ahli medis dan peralatan pelindung untuk membantu pejabat di Ekuatorial Guinea demi mengekang wabah tersebut.

Di negara tetangga Kamerun, kasus yang dicurigai terdeteksi pada hari Senin di Olamze, sebuah komune di perbatasan dengan Guinea Khatulistiwa, dan negara tersebut membatasi pergerakan di wilayah tersebut.

“Pengawasan di lapangan telah diintensifkan,” kata George Ameh, perwakilan negara WHO di Guinea Khatulistiwa.

Baca Juga: WHO Bilang Bakal Ada Penyakit X Berbahaya yang Menyerang Dunia, Apa Itu?

“Pelacakan kontak, seperti yang Anda tahu, adalah landasan respons. Kami telah … mengerahkan kembali tim Covid-19 yang ada di sana untuk pelacakan kontak dan dengan cepat menyesuaikan mereka untuk benar-benar membantu kami,” kata Dr Ameh.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie