9 provinsi prioritas penanganan bencana kekeringan



JAKARTA. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan musim kemarau hingga akhir tahun ini diprediksi normal. Namun kenyataannya kekeringan terjadi di beberapa wilayah. Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB mengatakan mengacu BMKG sifat hujan musim kemarau 2012, sebagian besar normal (57%), di atas normal (35%), dan di bawah normal (8%)."Dampak yang ditimbulkan adalah krisis air, sawah puso, konflik perebutan air, dan sebagainya," katanya Rabu (22/8). Sutopo menuturkan untuk mengatasi kekeringan, BNPB telah menyelesaikan Rencana Aksi Terpadu Menghadapi Kekeringan 2012. Sembilan provinsi menjadi prioritas penanganan yaitu Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, NTT, dan Papua Barat. Upaya yang dilakukan adalah distribusi air melalui tangki air, penyediaan pompa air, pembuatan sumur pantek atau sumur bor, hujan buatan, pembangunan embung atau reservoir, dan pengaturan pemberian air untuk pertanian dengan system gilir giring.

Layanan distribusi air telah dilakukan di berbagai daerah, seperti di Jawa Timur meliputi 616 desa di 23 kabupaten/kota yaitu di antaranya meliputi Trenggalek, Pacitan, Nganjuk, Ponorogo, Bojonegoro, Pamekasan, Magetan, Malang, Lumajang, Pamekasan, Bangkalan, Tulungagung, Blitar, Gresik, Lamongan, Sumenep dan Madiun. Selain itu, sebanyak 1.500 embung akan dibangun di daerah-daerah hulu dan tengah daerah aliran sungai sebagai tandon air. Sistem pembangunan dengan program padat karya yang melibatkan masyarakat setempat, BPBD, Dinas Pertanian dan Dinas PU. Rata-rata biaya pembangunan embung Rp 60 juta per unit, sedangkan lahan disediakan oleh pemda. "Total biaya yang disediakan untuk penanggulangan bencana kekeringan Rp 60 miliar yang berasal dari dana siap pakai BNPB," jelasnya. Kekeringan adalah bencana yang rutin. Pemecahan masalah terkait banyak pihak karena menyangkut penanganan kerusakan lahan, pengelolaan DAS, pengelolaan sumber daya air dan sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.