Hasil tangkapan ikan tuna terancam anjlok



JAKARTA. Hasil tangkapan ikan tuna tahun ini diprediksi turun hingga 50%. Penurunan hasil tangkap terjadi karena merosotnya jumlah armada penangkap ikan berbadan bongsor itu. Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) menyebutkan, jumlah armada kapal yang menangkap tuna hanya tersedia 300 kapal, turun 50% dari jumlah armada tahun lalu sebanyak 600 unit kapal. Edy Yuwono, Ketua Astuin bilang, banyak kapal penangkapan tuna itu kesulitan melaut karena harga pasokan bahan bakar minyak (BBM) yang mahal. Ia bilang, nelayan penangkap tuna harus membeli BBM jenis solar seharga Rp 8.400 per liter, atau seharga BBM untuk industri. Memang, BBM bersubsidi untuk kapal penangkap tuna tersedia, tetapi jumlahnya terbatas hanya 25 kiloliter (kl) yang cukup untuk melaut selama tiga bulan. Sementara kapal penangkap ikan tuna mesti melaut selama 6 bulan untuk menangkap tuna. "Kekurangan BBM terpaksa kami beli dengan harga industri," kata Edy di Jakarta, Senin (16/1).Karena harus membeli solar dengan harga industri itulah yang membuat pengusaha penangkapan ikan tuna enggan untuk melaut selama enam bulan. "Secara ekonomi, harga solar industri tidak memungkinkan nelayan beroperasi," terang Edy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Asnil Amri