AAJI Catat Investasi Asuransi Jiwa Turun Tipis Jadi Rp 534 Triliun, Ini Pemicunya



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketua Bidang Pengembangan dan Pelatihan SDM (Center of Excellent) Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Handojo G. Kusuma menyampaikan total investasi asuransi jiwa turun 0,9% pada kuartal III-2023 menjadi Rp 534,1 triliun.

Dia menyebut, aset investasi ini memiliki porsi sebesar 87,4% dari total keseluruhan aset industri asuransi jiwa.

“Penurunan total investasi sebenarnya disebabkan oleh penurunan aset investasi di Paydi, di mana aset ini turun sekitar 10% dibarengi oleh pendapatan premi Paydi yang juga menurun,” ujarnya dalam konferensi pers kinerja industri asuransi jiwa periode Januari sampai September 2023 di Jakarta, Rabu (29/11).


Baca Juga: Per Kuartal III-2023, Total Aset Industri Asuransi Jiwa Turun Tipis 0,9%

Handojo mengungkapkan, meski investasi di produk Paydi turun, aset investasi pada produk non Paydi mengalami peningkatan sebesar 7% year on year (yoy) atau tumbuh sebesar Rp 20,5 triliun di kuartal III-2023.

“Ini sebenarnya memperlihatkan kenaikan karena adanya shifting di produk,” ungkapnya.

Adapun shifting produk yang dimaksud, berdasarkan Surat Edaran OJK (SEOJK) nomor 5 tahun 2022 atau yang dikenal dengan SEOJK Paydi, Surat Berharga Negara (SBN) menjadi instrumen investasi yang dianjurkan.

“Penurunan di aset reksadana disebabkan oleh penyesuaian SEOJK 05/2022 di mana SBN menjadi pembentukan portofolionya di situlah shifting, makanya reksadana turun tapi di komponen aset investasi lainnya naik seperti SBN dan saham,” tutur Handojo.

Baca Juga: AAJI: Pendapatan Premi Unit Konvensional Capai Rp 116,55 Triliun per Kuartal III-2023

Handojo menyebutkan, penurunan total investasi ini juga disebabkan oleh turunnya instrumen reksadana dan deposito yang masing-masing turun 29,3% yoy dan 10,7% yoy di kuartal III-2023.

Dia bilang, investasi asuransi jiwa sebagian besar ditempatkan di instrumen SBN Rp 160,28 triliun atau setara dengan 30% total investasi. Sementara reksadana sebesar Rp 156,64 triliun, reksadana sebesar Rp 89,17 triliun, sukuk korporasi Rp 43,75 triliun dan deposito Rp 37,26 triliun.

Lebih lanjut, untuk instrumen penyertaan langsung senilai Rp 24,61 triliun, tanah dan bangunan senilai Rp 14,62 triliun dan instrumen lainnya sebesar Rp 7,77 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli