AAUI: Asuransi kesehatan bisa tumbuh sekitar 10%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) masih cukup yakin, pertumbuhan lini bisnis asuransi kesehatan di kuartal empat akan berlanjut seperti yang terjadi di paruh pertama tahun ini.

Maklum saja lini bisnis asuransi kesehatan kerap kali berpotensi fraud dan memiliki risiko yang cukup tinggi. Meski tak jor-joran memasarkan produk ini, pelaku asuransi umum masih percaya peminatnya masih ada.

Ketua AAUI Dadang Sukresna mengatakan, tak dipungkiri, tahun ini memang industri asuransi umum masih diliputi tantangan. Ekonomi yang lesu menjadi katalis penyebab turunnya kinerja industri asuransi umum sebesar 4% di semester I-2017.


Meski demkian, Dadang melihat dengan tren dan pertumbuhan yang ada lini bisnis asuransi kesehatan bisa menjadi salah satu faktor pendongkrak kenaikan premi asuransi umum secara keseluruhan.

Berkaca dari data AAUI sampai setengah tahun, perolehan premi asuransi kesehatan meningkat 10,2% menjadi Rp 2,36 triliun. Periode sama tahun lalu, pencapaian premi lini bisnis ini tercatat Rp 2,14 triliun.

Dari sisi klaim, produk asuransi kesehatan mencetak penurunan. Hingga paruh pertama tahun ini, klaim turun 4,1% menjadi Rp 1,69 triliun dari sebelumnya Rp 1,77 triliun. Dengan demikian, rasio klaim susut menjadi 71,8% dari posisi sebelumnya 82,5%.

"Espektasi kami di kuartal empat tetap naik minimal sebesar semester I tahun ini," kata Dadang kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu.

Lebih lanjut, menurut Dadang, meski pelaku asuransi umum cukup hati-hati memasarkan produk ini namun bukan berarti berhenti atau mengerem untuk menjualnya. Hanya saja tentu masing-masing perusahaan memiliki analisa tersendiri mana pengajuan yang bisa ditolak dan mana yang bisa diterima.

"Potensinya masih oke, semakin banyak gen muda yang menjadi tenaga pekerja pemula dan menuntut adanya cover kesehatan," tambah Dadang.

Meski tak merinci secara pasti, Dadang menilai peminat nasabah produk asuransi kesehatan masih berasal dari korporasi maupun individu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia