KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memproyeksi pertumbuhan premi tahun ini akan berada di kisaran 10%-14%. Hingga Juni 2019, pendapatan premi asuransi umum sudah mencapai Rp 39,95 triliun. Nilai ini tumbuh 20,6% secara tahunan atau
year on year dari Rp 33,13 triliun pada Juni 2018. Pertumbuhan ini ditopang oleh asuransi kredit mencapai Rp 5,75 triliun, tumbuh 93,9% yoy dari Rp 2,9 triliun.
Chief Executive Officer (CEO) Adira Insurance Julian Noor sekaligus Ketua Bidang SDM dan Literasi AAUI mengatakan, asuransi kredit tidak dinikmati oleh semua pemain asuransi.
“Kedua lini bisnis ini tidak terlalu memiliki keberlangsungan yang tinggi lantaran memiliki
loss ratio yang tinggi juga. Kalau terlalu besar maka akan jadi
on off. Harusnya melihat asuransi umum itu dari dua parameter yaitu kendaraan bermotor dan properti. Sayangnya kendaraan bermotor sedang stagnan,” ujar Julian pada sela-sela acara Indonesia Rendezvous ke-25 di Bali Nusa Convention Centre (BNDCC), Kamis (17/10). Per semester I-2019, klaim bruto lini bisnis asuransi kredit naik dari Rp 1,73 triliun menjadi Rp 3,5 triliun atau tumbuh 101,7%.
Baca Juga: AAUI menaikkan proyeksi pertumbuhan premi asuransi umum dari 10% menjadi 14% di 2019 Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target penjualan mobil nasional sebesar 10% menjadi 1 juta unit di 2019 dari target yang telah ditetapkan pada awal tahun sebesar 1,1 juta unit. Sedangkan Direktur Eksekutif AAUI, Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe bilang walaupun penjualan kendaraan bermotor turun tidak akan berdampak pada asuransi umum. Lantaran sejauh ini, jalur distribusi lini asuransi kendaraan bermotor adalah melalui pembiayaan dan langsung ke tertanggung baik individual maupun perusahaan. “Kalaupun data penjualan kendaraan menurun dari manufaktur, namun untuk yang melalui pembiayaan pasti akan tetap diminta ada cover asuransi. Dengan demikian, bisa saja diasumsikan aktifitas pembiayaan kendaraan bermotor tidak turun. Bisa juga Literasi terhadap masyarakat pemilik kendaraan meningkat sehingga tetap membeli asuransi,” jelas Dody. Hal ini tecermin dari pendapatan premi kendaraan bermotor masih belum negatif. Hingga Juni 2019, premi kendaraan bermotor tumbuh 0,8% dari Rp 9,21 triliun hingga menjadi Rp 9,28 triliun. Dody melihat asuransi properti dan asuransi kendaraan bermotor tetap menjadi kontributor terbesar hingga akhir tahun.
Baca Juga: AAUI sebut lima cara menggarap momentum asuransi pada 25 tahun mendatang "Di semester II kami mengestimasi ada kenaikan produksi kendaraan dari
manufacturer serta penjualan kendaraan dari diler. Dan lini bisnis asuransi kredit sepertinya masih ada pertumbuhan, terutama untuk Kredit Usaha Rakyat," jelas Dody. Ia menambahkan, asuransi aneka memang ada pertumbuhan, namun secara volume masih belum besar. Adapun asuransi aneka kebanyakan adalah produk-produk asuransi ritel seperti
travel insurance, household insurance, asuransi
gadget, asuransi pertanian, dan sebagainya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi