KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis premi asuransi umum semakin bertumbuh. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan pendapatan premi asuransi umum sebesar Rp 32,85 triliun pada Mei 2019. Nilai ini tumbuh 18,34% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 27,76 triliun. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) melihat pertumbuhan ini kan berlanjut. Direktur Eksekutif AAUI, Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengaku secara nominal, kontributor lini bisnis properti dan kendaraan masih akan mendominasi hingga akhir tahun. Kendati demikian, Dody melihat ada tiga lini bisnis yang memiliki peluang hingga akhir tahun. Diantaranya, asuransi migas. Lantaran kenaikan harga minyak, sehingga pendapatan dapat menutup biaya produksi. Dengan demikian kegiatan migas berjalan, dan kebutuhan asuransi migas tinggi.
"Asuransi kredit karena meningkatnya penyaluran kredit, terutama KUR dan kredit konsumtif. Sepertinya ini bagian dari aktifitas menjelang pemilu kemarin. Kita lihat saja bagaimana perkembangannya setelah usai pemilu," ujar Dody kepada Kontan.co.id, Jumat (5/7). Lanjut Dody, asuransi aneka juga masih memiliki prospek yang bagus. Namun ia mengaku lini bisnis ini terdiri dari banyak Produk asuransi yang tidak masuk dalam lini bisnis khusus. Kebanyakan adalah produk-produk asuransi retail seperti travel insurance, household insurance, asuransi gadget, asuransi pertanian, dan sebagainya. Selain itu, Dody menilai melihat penerapan digital dalam proses penerimaan permintaan asuransi juga akan meningkatkan premi asuransi umum. Bisa dengan membangun aplikasi sendiri maupun Kerjasama dengan aggregator. Namun ia mengaku masih ada tantangan bagi industri asuransi umum ke depan. Terutama mengenai mengefisienkan biaya. Sebab seharusnya laba diperoleh dari pendapatan underwriting.