AAUI Proyeksikan Industri Tumbuh Dobel Digit pada 2025, Ini Kata Tokio Marine



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memproyeksikan pendapatan premi industri asuransi umum bisa bertumbuh dobel digit pada 2025 di tengah berbagai tantangan yang menghadang.

Menanggapi proyeksi AAUI, PT Asuransi Tokio Marine Indonesia (Tokio Marine Indonesia) juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa industri masih bisa tumbuh dobel digit pada 2025. 

Presiden Direktur Asuransi Tokio Marine Indonesia Sancoyo Setiabudi bahkan memperkirakan pertumbuhan industri asuransi umum pada tahun ini akan lebih baik, dibandingkan 2024. 


Baca Juga: Ini Tanggapan Tokio Marine Indonesia Soal Putusan MK Terkait Klaim Asuransi

Sancoyo mengatakan dengan selesainya pemilu dan terbentuknya pemerintahan yang baru, ditambah berbagai program dan insentif ekonomi yang mulai diluncurkan, diharapkan hal itu dapat mendorong stabilitas bisnis dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

"Kepastian dalam iklim bisnis tentu memberikan peluang lebih besar bagi industri untuk mencatatkan kinerja yang positif," ungkapnya kepada Kontan, Kamis (9/1).

Alhasil, hal itu dapat berdampak positif bagi industri asuransi umum. Meskipun demikian, Sancoyo tak memungkiri ada berbagai tantangan yang harus diantisipasi oleh asuransi umum.

Dia bilang, daya beli masyarakat menjadi faktor utama, yang mana lambatnya pemulihan dapat memengaruhi kinerja industri asuransi secara keseluruhan. 

"Selain itu, kondisi geopolitik global yang berdampak pada harga komoditas dapat memengaruhi sektor ekspor," katanya.

Baca Juga: Komitmen Hijau Tokio Marine Life: Dari Sampah Daur Ulang hingga Minyak Jelantah

Sancoyo menyebut, implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 117 tentang Kontrak Asuransi juga menjadi tantangan penting bagi industri perasuransian.

Sebab, PSAK 117 memerlukan penyesuaian signifikan dalam pengelolaan laporan keuangan, termasuk pengukuran kewajiban asuransi dan pengakuan pendapatan. Hal itu membutuhkan adaptasi teknologi dan sumber daya manusia yang mumpuni untuk memastikan keberlanjutan operasional.

Meski ada berbagai tantangan, Sancoyo optimistis Tokio Marine dapat mencapai pertumbuhan premi yang lebih baik pada 2025.

Untuk meraih pertumbuhan yang maksimal pada 2025, dia mengatakan pihaknya akan berfokus pada diversifikasi lini bisnis, termasuk properti, marine, dan travel, serta optimalisasi potensi sektor otomotif yang diproyeksikan pulih. 

Selain itu, Tokio Marine Indonesia juga akan mengimplementasikan strategi berbasis inovasi, seperti pengembangan produk UKM Partner yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar.

Baca Juga: Komitmen Hijau Tokio Marine Life: Dari Sampah Daur Ulang hingga Minyak Jelantah

Sancoyo menambahkan, pihaknya juga memprioritaskan penguatan kemitraan strategis untuk memperluas jangkauan pasar, serta melakukan transformasi digital guna meningkatkan efisiensi dan pengalaman pelanggan. 

"Dengan strategi tersebut, kami optimistis dapat mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan serta pemangku kepentingan," ungkapnya.

Sementara itu, Sancoyo menilai ada sejumlah segmen yang berpotensi tumbuh pada 2025. Dia mengatakan segmen properti dan kredit diperkirakan akan terus menjadi motor penggerak utama pertumbuhan industri asuransi.

Ditambah seiring dengan meningkatnya aktivitas pembangunan dan stabilisasi ekonomi. 

"Segmen otomotif juga menunjukkan potensi pemulihan, didukung oleh insentif pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat," tuturnya.

Baca Juga: Tokio Marine Catat Pendapatan Premi Asuransi Marine Cargo Rp 640 M per November 2024

Namun, Sancoyo menilai segmen asuransi perjalanan dan marine mungkin akan menghadapi tekanan lebih besar pada 2025, tergantung pada fluktuasi perdagangan internasional dan kondisi ekonomi global. 

"Meskipun demikian, inovasi produk dan diversifikasi portofolio menjadi strategi utama untuk menjaga daya saing di seluruh segmen," kata Sancoyo.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Tokio Marine Indonesia mencatatkan pendapatan premi sebesar Rp 1,56 triliun per November 2024. (*)

Selanjutnya: Penambahan Usia Pensiun Menjadi 59 Tahun Memantik Protes Pekerja

Menarik Dibaca: Galeri Nasional Hadirkan Pameran Tribut untuk Hardi, Berlangsung hingga 26 Januari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto