KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menilai bisnis asuransi berbasis aplikasi digital atau insurtech memiliki perkembangan yang sangat baik, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwiyanto menjelaskan, penggunaan aplikasi digital atau insurtech memudahkan masyarakat untuk mengenal kebutuhan, memahami produk asuransi, dan bisa memiliki asuransi yang sesuai kebutuhan. "Untuk asuransi umum, tidak semua produk asuransi dapat di digitalisasi, masih membutuhkan pemasaran secara tatap muka. Hanya produk simple risk yang (kendaraan bermotor personal, house hold, personal accident dan travel insurance). Tenaga pemasar masih sangat dibutuhkan," ujar Bern kepada Kontan.co.id, Senin (1/7).
Bern bilang, hingga saat ini memang belum semua perusahaan asuransi umum beralih ke sistem digital dengan alasan memakan biaya yang tinggi, atau juga dengan alasan bahwa tidak semua produk dapat didigitalisasi.
Baca Juga: Premi Simas Insurtech Meningkat 277% hingga Mei 2024 "Saat ini masih sedikit perusahaan yang sudah dalam proses melakukan digitalisasi. Memang tergantung produk yang dipasarkan, untuk produk masal/mikro lebih efektif menggunakan online," lanjut Bern. Di sisi lain, kebijakan transformasi digital dalam sektor jasa keuangan juga menjadi salah satu prioritas OJK tahun ini. Adapun, kebijakan digitalisasi di industri asuransi menjadi salah satu yang menjadi perhatian guna pengembangan digitalisasi. Kemudian untuk digitalisasi, meskipun jumlahnya masih sedikit, tapi mulai banyak perusahaan asuransi yang melirik berkolaborasi dengan perusahaan insurtech untuk menghadirkan asuransi digital. "Jadi insurtech masih akan sangat menarik dan berkembang di tahun mendatang," tandasnya. Salah satu perusahaan asuransi umum, PT Asuransi Simas Insurtech mencatatkan pertumbuhan premi senilai Rp 1,77 triliun hingga Mei 2024 secara tahunan atau year on year (YoY). Direktur Utama Simas Insurtech, Teguh Aria Djana menjelaskan kenaikan premi ini salah satunya didorong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2024 yaitu sebesar 5,11% YoY. "Hingga saat ini dibandingkan dengan tahun 2023 di periode Mei, Simas Insurtech mencatat pertumbuhan hingga 277%," ujar Teguh kepada Kontan.co.id, Senin (1/7). Teguh menjelaskan, faktor pendorong kenaikan premi ini seiring dengan kondisi ekonomi di Indonesia yang baik dan meningkatnya penyaluran kredit baru yang tumbuh menjadi salah satu faktor pendorong bisnis Simas Insurtech semakin pesat. Dua lini usaha yang menopang pertumbuhan yaitu asuransi kredit dan asuransi kendaraan bermotor. Kedua lini usaha yang masih menjadi kontribusi terbesar bagi Simas Insurtech akan terus dikembangkan hingga target premi di atas Rp 2 triliun bisa terpenuhi sampai akhir tahun 2024 ini.
Baca Juga: Investasi Asuransi di Reksadana Menurun Untuk terus mengembangkan inovasi baru, Simas Insurtech juga mengembangkan teknologi AI (Artificial Intelligence) untuk membantu dalam menganalisis dan melakukan akseptasi klaim serta penerbitan polis khususnya untuk asuransi kendaraan bermotor. "Selain itu, kami juga mengembangkan produk asuransi siber yang akhir-akhir ini menjadi kebutuhan masyarakat individu dan korporasi di Indonesia," tuturnya.
Di sepanjang tahun 2024, target pendapatan premi Simas Insurtech hingga akhir tahun yaitu senilai Rp 2,5 triliun. Adapun untuk mendorong kinerja, Teguh bilang pihaknya terus meningkatkan kerja sama dengan beberapa bank yang bisa diharapkan terealisasi di semester II-2024 ini. Hal ini seiring dengan meningkatkan penyaluran kredit baik secara direct ataupun melalui program channeling yang dilakukan oleh Bank. Ia berharap strategi ini menjadi pendorong untuk pertumbuhan di lini usaha asuransi kredit. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .