Abdul jadi eksportir dengan modal Rp 5 juta (2)



Perjalanan Abdul Haris Noor merintis bisnis ukiran kaligrafi berawal dari kegagalan. Sebelumnya, dia pernah bangkrut ketika berbisnis mesin packaging mebel dan bangkrut pula dalam bisnis mebel. Namun Abdul pantang menyerah dengan memulai merintis usaha ukiran kaligrafi hanya dengan modal Rp 5 juta.Tidak mudah bagi Abdul Haris Noor meraih sukses dalam bisnis ukiran kaligrafi dari kayu jati. Pria kelahiran Jepara itu harus melewati rintangan berat sebelum akhirnya mampu jadi eksportir ukiran kaligrafi ke mancanegara.Keberhasilan Abdul menghadapi rintangan tak lepas dari peran keluarganya yang hidup sederhana. Ia dibesarkan dari ayah yang pekerja keras yang berprofesi sebagai tukang kayu.Berkaca dari orang tua, Abdul pun tumbuh menjadi sosok pekerja keras. Selain itu, pelajaran hidup yang diterima dari sang ayah membuatnya menjadi sosok yang teguh pada pendirian. Karena keteguhan itulah, Abdul enggan kuliah pada jurusan yang tidak ia inginkan. Setelah tamat SMA, Abdul mendapat tawaran beasiswa dari Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STIP) di Curug, Tangerang, Banten. Namun kesempatan belajar gratis menjadi pilot itu ia lewatkan begitu saja. Abdul hanya belajar dua pekan, setelah dia kembali pulang tanpa pamit pada pengelola kampus. "Saya merasa enggak nyaman, maklum orang desa," kenang Abdul.Sejak hengkang dari kampus STIP, Abdul memutuskan menjadi "pilot" angkutan umum di Jepara. Dari hasil menyopir itu, Abdul tetap menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung. "Uang itu saya pakai untuk ongkos masuk kuliah," terang Abdul.Setelah dua tahun menjadi sopir, Abdul memutuskan kuliah di Institut Pertanian Stiper (Instiper), Yogyakarta. Di kampus itulah Abdul belajar tentang teknologi hasil hutan, termasuk teknologi yang berkait dengan pengolahan kayu. Setelah kuliah, Abdul sempat bekerja di perusahaan baja, hingga akhirnya di-PHK. Namun, Abdul tidak melupakan keilmuannya di bidang teknologi pengolahan hasil hutan.Bermodal ilmunya itu, Abdul mengajak sahabatnya mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi packaging mebel tahun 1999. Dengan membawa bendera CV Mitra Radiant, Abdul memasarkan mesin packaging mebel kepada perusahaan mebel di Jepara. Hampir tiga tahun bisnis penjualan mesin packaging itu berjalan lancar. Sampai tahun 2002, Abdul dan sahabatnya mulai pecah kongsi hingga akhirnya berpisah. "Saya memilih melanjutkan usaha sendirian," kata Abdul.Selepas itu, Abdul mendirikan perusahaan baru bernama CV Mandiri Wirastama, yang bergerak di bidang penjualan mebel. "Perusahaan ini berkembang hingga bisa ekspor," terang Abdul.Tiga tahun lamanya, dua perusahaan itu berkembang beriringan. Memasuki tahun 2005, kedua perusahaan itu mulai goyah karena terlilit krisis finansial. "Banyak mitra bisnis saya tidak membayar tagihan," terang dia.Tagihan macet itu membuat kedua perusahaan itu tumbang. Abdul mengaku mengalami kerugian hingga Rp 100 juta akibat kredit macet itu. "Saya sempat menagih utang seperti pengemis," kenang Abdul. Karena tagihan tak kunjung dibayarkan mitra, Abdul menghentikan operasional kedua perusahaan. Ia juga menjual aset perusahaan. "Yang tersisa hanya Rp 5 juta," katanya.Walaupun usahanya bangkrut, Abdul tidak patah arang. Dengan modal yang tersisa, Abdul melirik peluang usaha baru yaitu ukiran kaligrafi dari kayu jati. "Saya itu saya ganti nama perusahaan menjadi CV Radiant Suryatama," katanya.Dengan modal seadanya, Abdul mempekerjakan tiga orang karyawan untuk membuat ukiran kaligrafi tersebut. "Saya sempat jadi bahan olok-olokan karena bikin kaligrafi," kata Abdul.Setelah berhasil memproduksi kaligrafi, Abdul malah kebingungan menjual karya itu. Hampir setahun lamanya Abdul tak kunjung mendapatkan pangsa pasar ukiran kaligrafi kayu itu.Pada 2006, Abdul kemudian memutuskan ikut pameran kerajinan di Kementerian Perindustrian di Jakarta. Pameran itulah yang membawa perubahan bagi bisnis kaligrafinya.Selain mendapat pembeli, pameran itu mempertemukan Abdul dengan teman lama yang mau memberikan bantuan modal tanpa agunan kepadanya. "Dari situlah titik balik bisnis saya," terang Abdul. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi