KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Aberdeen Standard Investments Indonesia berharap perekonomian Indonesia bergerak positif dan prospek ekuitas yang lebih optimis menjelang akhir kuartal III-2019. Pada masa pemilu, sentimen investor cenderung gugup, membuat kondisi pasar menjadi kurang stabil dan melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Banyak investor yang menarik uangnya dari pasar sehingga berdampak pada IHSG yang terkoreksi hingga di angka 5.700. Dengan Indonesia memperoleh peningkatan peringkat kredit utang jangka panjang (
Sovereign Credit Rating) dari Lembaga Pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) menjadi BBB pada 31 Mei lalu, investor kembali melakukan aksi beli setelah libur lebaran, dan memulihkan kondisi pasar.
“Namun, ini bukan sesuatu yang signifikan karena kondisi pasar hanya kembali ke posisi sebelum masa pemilu. Tidak ada perubahan suku bunga dan harga minyak masih rendah,” ungkap Bharat Joshi
, Asian Equities Investment Director, Aberdeen Standard Investments Indonesia, dalam siaran pers, akhir pekan lalu. Kondisi pasar akan relatif stabil untuk dua sampai tiga bulan ke depan. Menurut Bharat, investor akan terfokus pada tokoh yang akan menjabat sebagai Menteri, antara lain Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). “Kita akan mendapat kepastian pada saat Presiden Jokowi resmi dilantik dan menunjuk kabinetnya. Investor ingin adanya stabilitas pada sektor keuangan khususnya dalam menangani
current account deficit,” katanya. Investor juga tertarik dengan bagaimana Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan akan meningkatkan ekspor, menarik investasi asing dan mengambil keuntungan dari perang dagang AS dan China. “Indonesia sudah melakukan pembangunan infrastruktur seperti tol, bandara, dan pelabuhan untuk dapat mendatangkan investasi. Kawasan industri diperlukan dan sangat penting untuk dapat menarik investasi asing (FDI), seperti kita ingin mengundang perusahaan manufaktur
smartphone ke Indonesia untuk memaksimalisasi dampak positif dari perang dagang AS-China,” kata Bharat. Indonesia perlu mengoptimalkan sumber daya energi yang dimiliki negara guna mengurangi ketergantungan terhadap impor. “Penting untuk menggandeng investor asing berpartisipasi ‘mengolah’ sumber daya yang selama ini belum dimanfaatkan. Hal ini juga dapat mendukung negara mendapatkan masukan dari pajak ” jelas Bharat. Bharat ekspektasikan, setelah resmi menjabat untuk kedua kalinya nanti, rencana kebijakan Jokowi yang ingin memangkas pajak penghasilan badan usaha dari 25 persen menjadi 20 persen akan menjadi katalisator positif yang bisa mendorong IHSG. “Tapi dengan catatan kebijakan tersebut sudah mendapatkan persetujuan DPR untuk diimplementasikan,” lanjutnya. Merujuk pada keputusan Bank Indonesia (BI) pekan lalu terkait pemotongan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,75%, Bharat berpendapat, ini bukanlah kejutan bagi pasar. Kondisi ini cukup terprediksi dengan adanya penguatan Rupiah baru-baru ini dan angka inflasi sederhana serta pemulihan yang bertahap.
Indikator saat ini menunjukkan pertumbuhan PDB yang lambat di Kuartal II-2019, baik di sektor konsumsi maupun investasi. Hal ini menegaskan perlunya kelonggaran moneter lanjutan yang akan bergantung pada neraca pembayaran dan stabilitas nilai tukar. “Dengan terpilihnya kembali Presiden Jokowi, ada prospek investasi semakin berkembang (secara bertahap) pada 2019 hingga 2020. Sentimen adalah kuncinya. Suku bunga yang lebih rendah akan memacu pertumbuhan investasi jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang sesuai,” jelas Bharat. Aberdeen Standard Investments Indonesia masih tetap positif terhadap saham ekuitas, reksa dana campuran dan reksa dana pendapatan tetap karena semua instrumen ini akan mendapatkan dampak positif dari kelonggaran moneter lanjutan, kemungkinan reformasi kebijakan pemerintah, dan pemulihan di sektor konsumsi serta investasi swasta di Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini