ABM Investama (ABMM) tuntaskan akuisisi tambang di kuartal I-2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana PT ABM Investama Tbk (ABMM) untuk mengakuisisi tambang batubara baru bakal terealisasi. Jika tak ada aral melintang, pada akhir kuartal I 2019 emiten berkode saham ABMM ini bakal membeli tambang di Kalimantan.

"Selambat-lambatnya transaksi jual beli kami lakukan di awal kuartal 2 2019, target kami pada akhir kuartal I 2019 sudah selesai," kata Direktur Keuangan ABMM, Adrian Erlangga pada Kontan.co.id, Kamis (20/12).

Ia mengatakan uji kelayakan akan rampung pada Januari mendatang. Sayangnya, ia belum dapat menyebutkan tambang milik perusahaan mana yang akan mereka beli. Yang terang, sambungnya, tambang batubara batubara itu memiliki produksi batubara berkalori di atas 5.000 kcal/kg. "Kami memang mengakuisisi tambang yang sudah beroperasi," imbuhnya.


Sehingga, apabila proses akuisisi ini berjalan lancar, pada kuartal 2 atau mulai pertengahan tahun depan sudah dapat menyumbang produksi secara total dan mendulang pendapatan ABMM. Adrian belum dapat menjelaskan berapa besaran produksi dari tambang baru ini lantaran masih menunggu persetujuan rencana kegiatan dan anggaran biaya.

Nantinya batubara berkalori lebih dari 5.000 kcal/kg ini akan dipasarkan ke Jepang dan Taiwan. "Untuk batubara berkalori tinggi memiliki pasar yang beragam, tapi paling banyak Jepang dan Taiwan," sebut Adrian.

Menurut Adrian, dengan memproduksi batubara berkalori tinggi, keuangan ABMM tidak terlalu terdampak apabila ada fluktuasi harga batubara lantaran harganya yang cenderung stabil. Selain itu, salah satu alasan mereka mengincar tambang batubara berkalori tinggi untuk menambah fortopolio perusahaan. "Karena kan selama ini kami memproduksi batubara berkalori rendah," ujarnya.

Guna merealisasikan rencana akuisisi ini, ABMM sudah menyiapkan dana mayoritas dari kas internal dan sisanya dari pinjaman. Namun, ia belum dapat mengatakan berapa total biaya yang dibutuhkan untuk akuisisi ini.

Dalam berita Kontan.co.id sebelumnya, ABMM menerbitkan surat utang atau global Bond sebesar US$ 350 juta guna menambah dana untuk mengakuisisi tambang baru. Sementara untuk belanja modal, ABMM mengeluarkan biaya sebesar US$ 60 juta setiap tahun untuk pemeliharaan. Pun pada 2019, mereka mengalokasikan biaya US$ 60 juta untuk maintenance di luar biaya untuk akuisisi.

Perihal produksi batubara pada tahun ini, Adrian bilang ABMM sudah berhasil mencatatkan produksi sebesar 10 juta ton batubara atau sesuai dengan target yang ditentukan.

Sedangakan untuk tahun depan ABMM akan meningkatkan aktivitas produksi tambang yang berlokasi di Aceh sebesar 8 juta hingga 10 juta ton. Hal ini karena infrastruktur yang berada di tambang Aceh memiliki kapasitas produksi 12 juta ton hingga 15 juta ton.

Jika ditotal, ABMM membidik produksi batubara sebesar 13 juta ton dari tambang yang ada saat ini. "13 juta ton belum termasuk dengan produksi tambang baru," katanya.

Melihat adanya tren penurunan harga batubara beberapa bulan terakhir, Adrian belum bisa memasang target pendapatan untuk tahun depan. Ia berharap dengan adanya kontribusi penjualan batubara berkalori tinggi nantinya mampu menopang pendapatan perusahaan. Sejauh ini Adrian bilang, 35% pendapatan ABMM diperoleh dari penjualan batubara.

Sepanjang 2018, ABMM membidik pendapatan sebesar US$ 800 juta. Sampai September, ABMM sudah mengantongi pendapatan sebanyak US$ 581,48 juta. "Kami optimistis target pendapatan US$ 800 juta akan tercapai," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .