JAKARTA. Kebutuhan listrik di dalam negeri yang terus meningkat tak disia-siakan PT ABM Investama Tbk. Apalagi perusahaan berkode saham ABMM ini telah memiliki lini usaha di bidang power solution melalui anak usahanya PT Sumberdaya Sewatama (Sewatama). Demi memperkuat bisnisnya, Sewatama mengakuisisi PT Energi Alamraya Semesta (EAS), perusahaan pembangkit listrik independen (IPP) di Aceh.Sewatama resmi merampungkan pengambilalihan 70% saham EAS seiring keluarnya izin dari Kementerian Hukum dan HAM, kemarin (29/8). Perusahaan itu merogoh kocek US$ 7 juta untuk memuluskan akuisisi EAS. "Dananya dari hasil IPO ABM. Memang ada dana yang diperuntukkan bagi kami," ujar Sekretaris Perusahaan PT Sumberdaya Sewatama, Nadia Diposanjoyo, Rabu (29/8). Sekedar informasi, Sewatama memiliki tiga lini bisnis, yaitu penyewaan temporary power (generator set), operasional dan perawatan, dan dewatering and power optimization. Demi memenuhi permintaan listrik yang semakin meningkat, sejak 2010, Sewatama memperluas bisnis ke pembangkit tenaga listrik independen geothermal dan renewable energy.Presiden Direktur PT Sumberdaya Sewatama, Hasto Kristiyono menyebut, pihaknya bermaksud mendukung program pemerintah meningkatkan rasio kelistrikan. "Akuisisi EAS sejalan dengan rencana kami mengembangkan bisnis pembangkit tenaga listrik independen," katanya dalam rilis Rabu (29/8).Adapun, EAS merupakan penghasil listrik tenaga batubara di Aceh yang berdiri sejak 2008. Selain untuk kebutuhan internal di tambang batubara milik ABM, nantinya listrik yang dihasilkan EAS akan dipasok juga ke PLN dan ke sekitar kawasan tersebut. "Penyediaan listrik melalui EAS kepada konsesi batubara kami di Aceh memperkuat posisi ABM sebagai perusahaan energi terintegrasi," klaim Presiden Direktur PT ABM Investama, Andi Djajanegara.Bisnis listrikSekreatris Perusahaan ABM Investama Ade R. Satari menuturkan, saat ini, ABM memiliki lima anak usaha yang bisnisnya terintegrasi. Namun, ada tiga lini bisnis yang menjadi motor penggerak utama, yaitu PT Reswara Minergi Hartama yang memproduksi batubara, PT Cipta Kridatama sebagai kontraktor tambang, dan PT Sumberdaya Sewatama yang berbisnis solusi energi."Ketiganya saling mendukung, sehingga secara operasional lebih efisien," jelas Ade.Hingga kuartal pertama 2012, ABM berhasil menorehlan pendapatan sebesar US$ 200,174 juta, melonjak 43% dari periode yang sama 2011. Sayang, laba bersihnya turun 23% menjadi US$ 5,05 juta.Lini bisnis Cipta Kridatama masih menjadi penyumbang pendapatan terbesar, yaitu mencapai 42,3%, diikuti Reswara sebesar 18,29%, juga Sewatama 13,5%. Sementara, dua unit usaha lain, yaitu PT Sanggar Sarana Baja dan PT Cipta Krida Bahari masing-masing menyumbang 13,46% dan 12,46%.Sebelumnya, di awal 2012, ABM memasang target pertumbuhan pendapatan perusahaan sebesar 50% dari tahun sebelumnya atau sebesar Rp 8,7 triliun. Namun, kata Ade, kondisi bisnis batubara yang sedang loyo dan harga batubara yang jeblok menyebabkan ABM akan mengevaluasi lagi target kinerja hingga akhir tahun. Sayang, dia menolak membeberkan soal strategi perusahaan mengantisipasi kelesuan industri tambang. Ade hanya bilang, dalam 3 tahun-4 tahun ke depan, selain melanjutkan pengembangan bisnis batubara, ABM akan menggenjot bisnis listrik. "Kami masih optimistis pada bisnis batubara, pelemahan ini hanya akan terjadi sementara. Tapi, bersamaan dengan itu, kami juga melihat celah bisnis besar untuk penyediaan listrik," tukasnya.
ABM Investama perkuat bisnis penyediaan listrik
JAKARTA. Kebutuhan listrik di dalam negeri yang terus meningkat tak disia-siakan PT ABM Investama Tbk. Apalagi perusahaan berkode saham ABMM ini telah memiliki lini usaha di bidang power solution melalui anak usahanya PT Sumberdaya Sewatama (Sewatama). Demi memperkuat bisnisnya, Sewatama mengakuisisi PT Energi Alamraya Semesta (EAS), perusahaan pembangkit listrik independen (IPP) di Aceh.Sewatama resmi merampungkan pengambilalihan 70% saham EAS seiring keluarnya izin dari Kementerian Hukum dan HAM, kemarin (29/8). Perusahaan itu merogoh kocek US$ 7 juta untuk memuluskan akuisisi EAS. "Dananya dari hasil IPO ABM. Memang ada dana yang diperuntukkan bagi kami," ujar Sekretaris Perusahaan PT Sumberdaya Sewatama, Nadia Diposanjoyo, Rabu (29/8). Sekedar informasi, Sewatama memiliki tiga lini bisnis, yaitu penyewaan temporary power (generator set), operasional dan perawatan, dan dewatering and power optimization. Demi memenuhi permintaan listrik yang semakin meningkat, sejak 2010, Sewatama memperluas bisnis ke pembangkit tenaga listrik independen geothermal dan renewable energy.Presiden Direktur PT Sumberdaya Sewatama, Hasto Kristiyono menyebut, pihaknya bermaksud mendukung program pemerintah meningkatkan rasio kelistrikan. "Akuisisi EAS sejalan dengan rencana kami mengembangkan bisnis pembangkit tenaga listrik independen," katanya dalam rilis Rabu (29/8).Adapun, EAS merupakan penghasil listrik tenaga batubara di Aceh yang berdiri sejak 2008. Selain untuk kebutuhan internal di tambang batubara milik ABM, nantinya listrik yang dihasilkan EAS akan dipasok juga ke PLN dan ke sekitar kawasan tersebut. "Penyediaan listrik melalui EAS kepada konsesi batubara kami di Aceh memperkuat posisi ABM sebagai perusahaan energi terintegrasi," klaim Presiden Direktur PT ABM Investama, Andi Djajanegara.Bisnis listrikSekreatris Perusahaan ABM Investama Ade R. Satari menuturkan, saat ini, ABM memiliki lima anak usaha yang bisnisnya terintegrasi. Namun, ada tiga lini bisnis yang menjadi motor penggerak utama, yaitu PT Reswara Minergi Hartama yang memproduksi batubara, PT Cipta Kridatama sebagai kontraktor tambang, dan PT Sumberdaya Sewatama yang berbisnis solusi energi."Ketiganya saling mendukung, sehingga secara operasional lebih efisien," jelas Ade.Hingga kuartal pertama 2012, ABM berhasil menorehlan pendapatan sebesar US$ 200,174 juta, melonjak 43% dari periode yang sama 2011. Sayang, laba bersihnya turun 23% menjadi US$ 5,05 juta.Lini bisnis Cipta Kridatama masih menjadi penyumbang pendapatan terbesar, yaitu mencapai 42,3%, diikuti Reswara sebesar 18,29%, juga Sewatama 13,5%. Sementara, dua unit usaha lain, yaitu PT Sanggar Sarana Baja dan PT Cipta Krida Bahari masing-masing menyumbang 13,46% dan 12,46%.Sebelumnya, di awal 2012, ABM memasang target pertumbuhan pendapatan perusahaan sebesar 50% dari tahun sebelumnya atau sebesar Rp 8,7 triliun. Namun, kata Ade, kondisi bisnis batubara yang sedang loyo dan harga batubara yang jeblok menyebabkan ABM akan mengevaluasi lagi target kinerja hingga akhir tahun. Sayang, dia menolak membeberkan soal strategi perusahaan mengantisipasi kelesuan industri tambang. Ade hanya bilang, dalam 3 tahun-4 tahun ke depan, selain melanjutkan pengembangan bisnis batubara, ABM akan menggenjot bisnis listrik. "Kami masih optimistis pada bisnis batubara, pelemahan ini hanya akan terjadi sementara. Tapi, bersamaan dengan itu, kami juga melihat celah bisnis besar untuk penyediaan listrik," tukasnya.