ABMM siapkan investasi hingga US$ 150 juta



JAKARta. PT ABM Investama Tbk (ABMM), melalui anak usahanya PT Reswara Minergi Hartama, menyiapkan agenda besar. Perusahaan energi Grup Trakindo ini akan mengucurkan investasi US$ 100 juta-US$ 150 juta untuk kebutuhan ekspansi dua-tiga tahun mendatang.

Yovie Priadi, Direktur Strategi Perusahaan ABMM, menjelaskan, dana itu akan digunakan untuk pengembangan tambang batubara di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang dikelola anak usaha Reswara, yaitu PT Media Djaya Bersama (MDB). "Nantinya, MDB akan menggunakan dana itu untuk pengembangan infrastruktur pendukung pertambangan seperti jalan tambang, barge conveyor mesin, alat berat, hingga pelabuhan batubara," kata dia saat berkunjung ke KONTAN, pekan lalu.

Investasi itu bertujuan untuk mengerek produksi sekaligus mempermudah pemasaran batubara MDB. Maklum, potensi batubara (coal resources) milik MDB cukup besar, yaitu 455 juta ton. Ini setara 81,1% dari total potensi batubara ABMM yang sebanyak 561 juta ton. MDB juga memiliki cadangan batubara (coal reserves) sebanyak 169 juta ton.


Cadangan itu sekitar 76,5% dari total cadangan ABMM yang sebanyak 221 juta ton. Sisa cadangan batubara ABMM lainnya berasal dari tambang di Kalimantan Selatan yang dikelola PT Tunas Inti Abadi (TIA).

Sayangnya, produksi batubara MDB masih minim. Soalnya, MDB baru mulai memproduksi batubara di tahun ini. ABMM menargetkan MDB bisa menyumbang produksi batubara 1 juta ton dari target total produksi batubara tahun ini sebanyak 5,5 juta ton.

Kontribusi produksi sebanyak 4,5 juta ton lainnya tetap disumbangkan oleh TIA. Kendati demikian, ABMM yakin, kontribusi produksi batubara MDB terus meningkat seiring pengembangan tambang. Ini tecermin dari target produksi batubara ABMM yang mencapai delapan juta ton di tahun depan.

Restrukturisasi utang ABMM akan menutupi dana investasi pengembangan tambang MDB dari dua sumber. Pertama, ABMM siap menambal US$ 70 juta-US$ 105 juta atau setara 70% kebutuhan investasi dari pinjaman bank. Saat ini, ABMM sedang bernegosiasi dengan dua-tiga bank. "Memang belum signing, tapi dalam waktu dekat kami bisa signing pinjamannya," ujar Yovie.

Kedua, ABMM akan menutup sisa dana US$ 30 juta-US$ 45 juta atau 30% kebutuhan investasi dari kas internal. Namun, jumlah itu tak akan seluruhnya ditutupi ABMM. Soalnya, kepemilikan saham MDB dikuasai dua pemilik, yaitu 70% oleh ABMM dan 30% oleh Media Grup milik taipan Surya Paloh.

Dus, ABMM akan menutupi 70% dari kebutuhan US$ 30 juta-US$ 45 juta, dan 30% ditanggung Media Grup. Komposisi pembiayaan yang didominasi pinjaman sebenarnya berpotensi memberatkan laporan keuangan ABMM. Pasalnya, saat ini rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio (DER) ABMM cukup tinggi, yaitu sekitar 3,7 kali.

Sebelumnya, ABMM mencatatkan DER lebih tinggi, yaitu 4,49 kali. ABMM kemudian mempercepat pembayaran utang US$ 13 juta atau Rp 119 miliar ke Bank DBS Singapura dan Rp 225 miliar ke Bank Permata sehingga DER menurun.

Tapi manajemen tak merisaukan rasio utang itu. Achmad Ananda Djajanegara, Presiden Direktur ABMM menyatakan optimistis bisa mengompensasi utang dengan hasil operasional seluruh bisnisnya, terutama dari sektor batubara.

Selain itu, ABMM berupaya merestrukturisasi sejumlah utang dengan memperpanjang jatuh tempo. "Kami tak berencana mengurangi beban utang dengan percepatan pembayaran, tapi lebih ke restrukturisasi jatuh temponya," kata dia.

Hingga akhir Juni 2011, ABMM menanggung beban utang jangka panjang Rp 2,29 triliun. Harga saham ABMM pada perdagangan Kamis (22/3) lalu menguat 1,32% menjadi Rp 3.850 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can