JAKARTA. PT ABM Investama Tbk (
ABMM) kembali meraih dana eksternal untuk menunjang kebutuhan modal kerja. Perusahaan yang tergabung dalam Grup Trakindo itu telah meraih fasilitas pinjaman
revolving senilai US$ 30 juta. Fasilitas yang diperoleh dari Standard Chartered Bank Indonesia itu dikenakan tingkat suku bunga tahunan sebesar LIBOR ditambah marjin tertentu. Adapun penandatanganan fasilitas tersebut telah dilakukan kedua belah pihak pada 10 Juli 2014 lalu. "Fasilitas pinjaman ini akan berakhir dalam jangka waktu satu tahun sejak tanggal perjanjian," tulis manajemen ABMM dalam laporan keuangan per 30 Juni 2014 seperti dikutip KONTAN, Selasa (5/8).
Utang ini merupakan fasilitas ketiga yang diperoleh ABMM dalam satu semester terakhir. Pada 27 Juni 2014, ABMM juga memperoleh utang dari induk usaha, Valle Verde Pte. Ltd. senilai US$ 30 juta. Dana tersebut akan digunakan menambah kas internal ABMM, Maklum, perusahaan diwajibkan memiliki kas internal untuk kebutuhan operasional minimal US$ 70 juta. Sebenarnya, ABMM memiliki dana senilai US$ 90,07 juta. Namun, dana tersebut tidak sepenuhnya berupa
cash on hand. Dari sejumlah dana tersebut, sebesar US$ 60,69 juta disimpan dalam deposito ke sejumlah bank sehingga eksekusi penarikan tidak bisa dilakukan sewaktu-waktu. Oleh sebab itu, tujuan dari pinjaman ini untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Selain itu, pinjaman dari induk usaha ini memiliki sejumlah keuntungan. Seperti bunga kompetitif, tidak adanya jaminan, serta penarikan bisa dilakukan sewaktu-waktu. Sebelumnya, yaitu pada 20 Januari 2014 lalu, ABMM telah menarik fasilitas term-loan senilai US$ 312 juta. ABMM kemudian mentransfer dana tersebut ke beberapa anak usaha yang akan digunakan untuk melunasi pinjaman ke bank. Utang ini merupakan bagian dari fasilitas club deal senilai US$ 450 juta, yang perjanjiannya ditandatangani pada 18 Desember 2013. Kreditur fasilitas club deal di antaranya, OCBC Ltd, PT Bank OCBC NISP, DBS Bank Ltd dan PT Bank ANZ Indonesia.
Secara spesifik, jatuh tempo fasilitas term loan senilai US$ 312 juta tersebut adalah 27 bulan sejak tanggal penarikan. Strategi refinancing ini dilakukan ABMM demi mengurangi beban keuangan yang di periode sebelumnya selalu naik. Ternyata, di semester I 2014, strategi refinancing ini mulai berimbas positif pada menurunnya laba beban keuangan ABMM menjadi US$ 19,94 juta. Di periode sama tahun lalu, ABMM masih menanggung beban keuangan senilai US$ 24,05 juta. Namun, perbaikan di sisi beban keuangan itu tak mampu mencegah anjloknya laba bersih ABMM. Di Januari-Juni 2014, ABMM hanya mampu membukukan laba bersih US$ 4,67 juta, melorot 77,18% dari periode sama tahun lalu yang US$ 20,46 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia