JAKARTA. Sosok Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dinilai gagal mengangkat angka keterpilihan partai berlambang pohon beringin. Suara Partai Golkar pada Pemilu Legislatif 2009 lalu dan hasil hitung cepat sejumlah lembaga pada Pemilu Legislatif 2014 relatif stagnan."Pemilu 2009 mereka dapat 14 persen. Pemilu 2014 berdasarkan hasil hitung cepat lembaga survei juga suaranya di angka 14-15 persen. Nyaris mengalami stagnansi, tidak ada yang berubah," papar pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/4/2014).Padahal, kata Siti, sosok ketua umum akan cukup "menjual" untuk mendapatkan dukungan bagi partai. "Karena di Indonesia tidak bisa dipisahkan (partai) dari ketua umum. Ini berarti Ical sebagai ketua umum sudah gagal angkat suara Golkar," ujar dia.Pengaruh Aburizal yang tak signifikan, kata Siti, juga terlihat dalam beragam survei yang dirilis beragam lembaga. Meski sudah lama didaulat dan dikampanyekan sebagai bakal calon presiden dari Partai Golkar, Aburizal tak kunjung mendapat kenaikan elektabilitas secara signifikan. "Slowly sekali naik elektabilitasnya."Karenanya, Siti menyarankan Golkar segera mengevaluasi dan melakukan perhitungan matang mengenai sosok capres atau cawapres yang akan diusung. Evaluasi itu, ujar dia, mencakup pertanyaan apakah akan tetap mengusung Aburizal atau mengganti dengan sosok lain semisal Akbar Tandjung atau Jusuf Kalla.Lalu, imbuh Siti, kalaupun Golkar tetap mengusung Aburizal, maka perhitungan yang disiapkan juga harus matang. "Golkar harus cepat menghitung (kemungkinan) ke depan," kata dia. Termasuk, sebut Siti, kemungkinan Golkar hanya akan mengusung bakal calon wakil presiden, dengan Akbar dan Kalla sebagai kandidat.Namun, Siti mengatakan peluang Partai Golkar mengusung bakal calon presiden tetap terbuka, berdasarkan hasil beragam hitung cepat, baik quick count maupun exit poll. Partai ini, dalam beragam metode hitung cepat mendapatkan suara di kisaran 15 persen. Kuncinya, kata Siti, adalah dengan siapa Golkar akan berkolaborasi mengusung pasangan yang mereka dukung.Menurut Siti, kemungkinan yang masih terbuka untuk menjadi rekan koalisi Partai Golkar adalah PAN dan Partai Hanura. "Kalau dengan Demokrat sudah diincar Gerindra. PPP juga walaupun ada masalah internal. Nasdem dan PKB sepertinya merapat ke PDI-P," ujarnya. (Ihsanuddin)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Aburizal gagal, Golkar berhitunglah ulang
JAKARTA. Sosok Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dinilai gagal mengangkat angka keterpilihan partai berlambang pohon beringin. Suara Partai Golkar pada Pemilu Legislatif 2009 lalu dan hasil hitung cepat sejumlah lembaga pada Pemilu Legislatif 2014 relatif stagnan."Pemilu 2009 mereka dapat 14 persen. Pemilu 2014 berdasarkan hasil hitung cepat lembaga survei juga suaranya di angka 14-15 persen. Nyaris mengalami stagnansi, tidak ada yang berubah," papar pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/4/2014).Padahal, kata Siti, sosok ketua umum akan cukup "menjual" untuk mendapatkan dukungan bagi partai. "Karena di Indonesia tidak bisa dipisahkan (partai) dari ketua umum. Ini berarti Ical sebagai ketua umum sudah gagal angkat suara Golkar," ujar dia.Pengaruh Aburizal yang tak signifikan, kata Siti, juga terlihat dalam beragam survei yang dirilis beragam lembaga. Meski sudah lama didaulat dan dikampanyekan sebagai bakal calon presiden dari Partai Golkar, Aburizal tak kunjung mendapat kenaikan elektabilitas secara signifikan. "Slowly sekali naik elektabilitasnya."Karenanya, Siti menyarankan Golkar segera mengevaluasi dan melakukan perhitungan matang mengenai sosok capres atau cawapres yang akan diusung. Evaluasi itu, ujar dia, mencakup pertanyaan apakah akan tetap mengusung Aburizal atau mengganti dengan sosok lain semisal Akbar Tandjung atau Jusuf Kalla.Lalu, imbuh Siti, kalaupun Golkar tetap mengusung Aburizal, maka perhitungan yang disiapkan juga harus matang. "Golkar harus cepat menghitung (kemungkinan) ke depan," kata dia. Termasuk, sebut Siti, kemungkinan Golkar hanya akan mengusung bakal calon wakil presiden, dengan Akbar dan Kalla sebagai kandidat.Namun, Siti mengatakan peluang Partai Golkar mengusung bakal calon presiden tetap terbuka, berdasarkan hasil beragam hitung cepat, baik quick count maupun exit poll. Partai ini, dalam beragam metode hitung cepat mendapatkan suara di kisaran 15 persen. Kuncinya, kata Siti, adalah dengan siapa Golkar akan berkolaborasi mengusung pasangan yang mereka dukung.Menurut Siti, kemungkinan yang masih terbuka untuk menjadi rekan koalisi Partai Golkar adalah PAN dan Partai Hanura. "Kalau dengan Demokrat sudah diincar Gerindra. PPP juga walaupun ada masalah internal. Nasdem dan PKB sepertinya merapat ke PDI-P," ujarnya. (Ihsanuddin)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News