AC Venture, BCG & Stellar Women Ungkap Tantangan Pengusaha Perempuan



MOMSMONEY.ID - Tantangan pendanaan bagi pengusaha perempuan di Indonesia menjadi sorotan utama dalam whitepaper terbaru berjudul Closing the Funding Gap for Women Entrepreneurs in Indonesia. Laporan tersebut  diluncurkan oleh Boston Consulting Group (BCG) dan Stellar Women pada sebuah acara yang didukung oleh AC Ventures di kantor pusat AC Ventures, Jakarta. 

Dihadiri oleh parapengusaha perempuan dan investor terkemuka, acara yang berlangsung Jumat (20/12), menjadi forum diskusi untuk membahas berbagai tantangan serta peluang bagi pengusaha perempuan di Indonesia.

Setelah edisi pertama yang fokus pada strategi dasar untuk mendukung perempuan dalam berwirausaha, edisi terbaru ini mengupas lebih dalam soal kesenjangan pendanaan yang masih menjadi hambatan besar. 


Laporan ini menyoroti kesenjangan pendanaan di Indonesia yang mencapai US$1,7 triliun, serta berbagai kendala yang dihadapi, seperti terbatasnya akses ke modal, bias sosial yang masih ada, dan minimnya akses ke mentor. Meski demikian, bisnis yang dipimpin perempuan terbukti mampu memberikan hasil yang lebih baik dan berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi.

Samira Shihab, Principal di AC Ventures sekaligus Founder Stellar Women mengatakan dalam keterangan tertulis, pemberdayaan perempuan bukanlah sekadar misi. Ini adalah langkah penting untuk masa depan yang lebih cerah dan adil. "Di AC Ventures, kami bangga mendukung inisiatif seperti ini yang bisa membawa perubahan besar. Komitmen kami untuk mendukung pengusaha perempuan adalah inti dari strategi investasi kami, dan whitepaper ini sejalan banget dengan visi kami untuk mendorong pertumbuhan inklusif di ekosistem wirausaha Indonesia,” kata Samira. 

AC Ventures telah merasakan secara langsung manfaat dari berinvestasi pada bisnis yang inklusif gender. Dalam 2024 Impact Report-nya, pendekatan AC Ventures berhasil meningkatkan bisnis yang dipimpin perempuan, dengan 40% dari portofolio perusahaannya didirikan bersama oleh perempuan.

Selain itu, AC Ventures juga mengutamakan keberagaman gender di internal perusahaan, dengan setengah dari posisi kepemimpinan senior dipegang oleh perempuan. Langkah ini tidak hanya berkontribusi pada kesuksesan jangka panjang perusahaan, tetapi juga menegaskan bahwa keberagaman gender adalah penggerak utama bagi kemajuan ekonomi dan sosial. 

Baca Juga: Cakap Angkat Isu Kesetaraan Gender Di Panggung Ideafest 2024

Bahkan, 40% dari lapangan kerja di portofolio perusahaan AC Ventures dikelola oleh perempuan, mencerminkan komitmen mereka untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan melalui kewirausahaan yang inklusif gender. Acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang menarik, di mana para tokoh kunci berkumpul untuk menggali lebih dalam wawasan yang dibagikan dan membahas dampaknya bagi masa depan pengusaha perempuan di Indonesia. 

Diskusi ini juga menghadirkan Lenita Tobing, Managing Director & Partner di BCG; Sreejita Deb, Co-Founder dan CEO Raena Beauty; Marcella Moniaga, Co-Founder dan CFO Astro; serta Debora Gondokusumo, Co-Founder Stellar Women dan CEO Herbiology. Lenita menyampaikan di BCG sangat berkomitmen untuk menghilangkan hambatan dan memberdayakan perempuan agar mereka dapat mencapai potensi penuh mereka.

Edisi kedua kolaborasi kami dengan Stellar Women ini menggali lebih dalam untuk memahami kesenjangan pendanaan yang menghambat kemajuan. Melalui riset ada wawasan dan solusi yang dapat diterapkan untuk semua pihak terkait. "Bisnis yang dipimpin perempuan memiliki potensi luar biasa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dan membangun ekosistem yang inklusif dan berkelanjutan untuk bisnis-bisnis ini akan memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan,” kata Lenita. 

Berdasarkan data global yang menunjukkan potensi transformasional dari berinvestasi pada pengusaha perempuan, studi ini menyoroti bagaimana pemberdayaan pengusaha perempuan dapat berkontribusi hingga 26% terhadap PDB global tahunan dan menambah kekayaan modal manusia sebesar US$160 triliun. 

Data global juga menunjukkan bahwa bisnis yang dipimpin perempuan 15% lebih mungkin untuk berkinerja lebih baik, dan perkiraan kapitalisasi pasar global tambahan bisa mencapai US$5,9 triliun. Survei di dalam whitepaper ini mengungkapkan lima tantangan utama yang dihadapi oleh pengusaha perempuan dalam mengakses pendanaan, termasuk keterbatasan kesempatan untuk berjejaring, kesulitan dalam menyusun pitch deck yang sesuai dengan keinginan investor, dan kurangnya informasi yang disesuaikan mengenai pilihan pendanaan. 

Tantangan-tantangan ini semakin diperburuk oleh bias gender dan ketidaksesuaian antara model bisnis yang dipimpin perempuan dengan kriteria investor. Untuk mengatasi kesenjangan ini, analisis ini mengidentifikasi tiga pilar utama: pemerintah dan organisasi harus menyediakan platform mentoring dan pengetahuan yang disesuaikan untuk pengusaha perempuan, pengusaha perempuan perlu secara aktif terlibat dalam pengembangan diri untuk menghadapi tantangan pendanaan dan bisnis, serta mereka harus proaktif mencari opsi pendanaan yang sesuai dengan model bisnis mereka.

"Keberagaman gender bukan hanya sebuah nilai. Ini adalah katalisator untuk kemajuan ekonomi dan sosial," ujar Samira Shihab. 

Whitepaper dan acara ini berfungsi sebagai dorongan bagi pemerintah, investor, dan bisnis untuk bekerja sama menciptakan ekosistem yang lebih inklusif di mana pengusaha perempuan dapat berkembang. Dengan rekomendasi yang dapat diterapkan dan wawasan mendalam tentang tantangan yang dihadapi perempuan, laporan ini menawarkan peta jalan untuk mengatasi kesenjangan pendanaan dan memastikan bahwa bisnis yang dipimpin perempuan dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi.

Selanjutnya: Harga Pangan di Sulawesi Barat 23 Desember 2024: Ikan Kembung dan Cabai Keriting Naik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Danielisa Putriadita