ACC andalkan obligasi untuk pendanaan



JAKARTA. Astra Credit Companies (ACC) masih mengandalkan penerbitan obligasi sebagai sumber utama pendanaannya. Chief Executive Officer (CEO) ACC, Jodjana Jody mengatakan sejak dua tahun lalu, porsi pendanaan dari obligasi mencapai 34%-50% dari kebutuhan. 

Jodjana menyebut pihaknya saat ini telah  mendapatkan rating obligasi AAA sehingga bisa menerbitkan nilai obligasi yang cukup besar dan bunga yan kompetitif. Untuk itu, penerbitan obligasi masih lebih menguntungkan dibandingkan sumber pendanaan lain. Bahkan ACC berencana untuk kembali menerbitkan obligasi dalam waktu dekat ini. "Kami masih cari waktu yang tepat," ujar Jodjana. 

Penerbitan obligasi tersebut merupakan kelanjutan dari penerbitan obligasi berkelanjutan ACC sebesar Rp 10 triliun. Sampai saat ini obligasi yang sudah diterbitkan hanya sebesar Rp 5,5 triliun. "Masih ada Rp 4,5 triliun yang akan diterbitkan, namun waktunya kapan masih dicari. Kami masih melakukan studi saat ini," ujarnya.


Sedangkan porsi joint financing di ACC sendiri saat ini masih terbilang kecil hanya sebesar 21%. Saat ini ACC melakukan joint financing dengan tiga bank yang salah satunya merupakan Bank Permata.

Menurut Jodjana, porsi joint financing yang kecil ini disebabkan oleh cost of fund yang cukup tinggi sehingga pihaknya harus melihat opsi pendanaan yang paling kompetitif dari segi beban biaya.  

"Kami cari yang sumber pendanaan yang lebih murah karena pasar otomotif  kan sangat kompetitif. Selain itu, saat ini likuiditas perbankan juga agak ketat, jadi tidak  memperhatikan cost of fund saja, likuiditas perbankannya juga,"kata Jodjana. 

Akan tetapi untuk ke depannya, Jodjana optimistis, porsi joint financing bisa meningkat terutama dengan masuknya Bank Permata sebagai mitra bisnis strategis ACC. "Diharapkan mereka bisa membantu pendanaan kami baik dari sisi likuiditas maupun cost of fund yang baik. Agar kami bisa tetap memberikan yang terbaik bagi konsumen kami," ujarnya. Sekadar informasi, ACC menargetkan mengucurkan pembiayaan baru Rp 25 triliun - Rp 26 triliun sepanjang tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia