Acset Indonusa (ACST) genggam kontrak baru Rp 142 miliar



KONTAN.CO.ID - Jakarta. Emiten konstruksi PT Acset Indonusa Tbk (ACST) berupaya mendapatkan proyek-proyek baru lebih selektif di tahun ini. Strategi ini dijalankan untuk memastikan bahwa proyek tersebut sesuai dengan kemampuan dan kapasitas operasional ACST.

ACST tetap  berfokus pada tiga sektor usaha yakni fondasi, struktur, dan infrastruktur di tahun ini. Namun, lantaran masih pandemi Covid-19, ACST lebih berhati-hati dalam memilih proyek dengan melakukan analisa terhadap proyek mana yang akan membawa lebih banyak kesempatan untuk pengembangan kompetensi.

Sekretaris Perusahaan Acset Indonusa Maria Cesilia Hapsari mengatakan, strategi berhari-hati tersebut juga diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan ACST dan yang berasal dari mitra kerja dengan rekam jejak yang prudent.


“Baik dari segi manajemen keuangan maupun faktor terkait lainnya. Kami menerapkan analisa know your customer (KYC) yang menyeluruh sebelum kami memutuskan untuk mengikuti satu tender,” kata Maria saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (4/3).

Baca Juga: Acset Indonusa (ACST) toping off Arumaya Residences

Kendati demikian, ia pun belum bisa memberikan informasi detail terkait target kontrak baru di tahun ini. Yang pasti, ACST berupaya mendapatkan proyek-proyek baru secara selektif dan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas operasional perusahaan.

ACST juga selalu memperkaya keahlian dalam ketiga bidang usaha yang mereka jalani. Misalnya dengan pekerjaan soil improvement pada proyek fondasi yang ACST lakukan di Proyek Pelabuhan Patimban dengan metode Cement-Deep Mixing. Sejak tahun lalu ACST juga mulai mengerjakan pekerjaan sipil di pembangunan PLTU Karimun, PLTU Cirebon dan PLTGU Jawa 1.

Terbaru, dua bulan lalu ACST baru saja mendapatkan kontrak baru diantaranya yakni perolehan kontrak baru dari pembangunan fondasi Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal dan fondasi Menara BRI Medan.

Kedua proyek itu dikerjakan anak usaha Acset Indonusa yang terspesialisasi di bidang fondasi yaitu Acset Pondasi Indonusa.

Selain itu, Acset juga mendapatkan kontrak pekerjaan sipil Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Besai Kemu, Lampung. “Total nilai kontrak baru tersebut mencapai Rp 142 miliar,” ujarnya.

Pada tahun ini, ACST melihat masih terdapat beberapa gejolak yang menimbulkan ketidakpastian di industri melihat kondisi perekonomian Indonesia yang mengalami resesi di tahun 2020. Namun, Acset tetap optimistis dalam melihat seluruh peluang yang terbentang.

"Kerugian mungkin masih dapat bertambah mengingat faktor-faktor penyebab kerugian yang kami sampaikan sebelumnya masih bisa terjadi, namun demikian kami terus berupaya untuk memperbaiki kinerja," kata Maria.

Di sisi lain, Maria masih enggan menyebutkan anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini.

Yang terang, dalam Grup Acset, manajemen mencoba melengkapi value chain yang ada melalui anak perusahaan yang bergerak di bidang rental alat berat, jasa formwork/bekisting, rental passenger hoist dan tower crane, maupun entitas asosiasi yang menyediakan jasa concrete pumping.

"Capex akan digunakan untuk menambah dan mengganti alat produksi Acset yang sudah habis masa pakainya," ujar Maria.

Sebagai informasi tambahan, hingga Desember 2020, ACSt memperoleh nilai kontrak baru sebesar Rp 289 miliar, yang terdiri dari proyek fondasi Stasiun Integrasi LRT-HSR Halim, Fondasi Avania Residence dan tol akses Bandara Internasional Kertajati Jawa Barat. Mayoritas kontrak baru 2020 didominasi oleh pekerjaan fondasi.

Tahun lalu, ACST membukukan pendapatan sebesar Rp 1,2 triliun, turun 69,62% dari tahun 2019. ACST masih mencatat kerugian komperehensif yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 1,32 triliun di 2020 naik dari rugi sebesar Rp 1,14 triliun pada tahun 2019.

Selanjutnya: Ini kontrak baru yang didapat Acset Indonusa (ACST) dalam 2 bulan pertama 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat