Acset menjaring kontrak-kontrak konstruksi baru



JAKARTA. Sejak menjadi bagian keluarga Astra Group, kinerja PT Acset Indonusa Tbk tambah bersinar. Setelah resmi diakuisisi PT United Tractors Tbk (UNTR) pada awal tahun 2015, performa perusahan konstruksi ini dalam menjaring kontrak baru kian meningkat.

Mengutip keterbukaan informasi pada Selasa (8/8), selama separuh pertama tahun ini, perusahaan berkode saham ACST di Bursa Efek Indonesia itu berhasil mengantongi kontrak baru senilai Rp 7,14 triliun. Angka ini melesat 197% dibanding pencapaian periode sama tahun lalu, yakni Rp 2,4 triliun.

ACST telah mengantongi kontrak-kontrak proyek strategis. Seperti jalan tol layang Jakarta-Cikampek II, Tol Bakauheni-Sidomulyo dan ruas JORR II Ruas Kunciran-Serpong. Kemudian pekerjaan soil improvement di Batang (Jawa Tengah), Pekerjaan mixed use Development di Kebon Sirih Jakarta Pusat dan Pekerjaan Bored-Pile St Regis.


Perolehan kontrak anyar ACST ini sudah hampir mendekati target tahun ini. Realisasi tersebut sudah mencapai 95,2% dari target sebesar Rp 7,5 triliun. Asal tahu saja, target itu sebetulnya sudah direvisi naik. Semula perusahaan ini hanya menargetkan kontrak baru Rp 4,5 triliun.

Sejak tahun 2015, perolehan kontrak baru ACST terus meningkat secara signifikan. Padahal di tahun 2014, sebelum bergabung dengan Astra Group, Acset Indonusa hanya menjaring kotrak baru sekitar Rp 606 miliar. Tapi setahun kemudian melonjak tajam menjadi Rp 3,08 triliun dan tahun 2016 meningkat menjadi Rp 3,77 triliun.

Sebelum bergabung ke Astra Group, ACST hanya fokus mengincar proyek-proyek gedung dan pondasi. Namun sejak akhir tahun 2015, perusahaan ini mulai menyasar proyek-proyek infrastruktur. Hanya saja, ACST baru berhasil mendapatkan kontrak di sektor itu pada awal 2017 ini.

Hingga enam bulan pertama 2017, Acset Indonusa mencatat portofolio keuangan relatif kuat. Pada periode ini, Acset berhasil membukukan kenaikan laba bersih Rp 64,2 miliar atau meningkat 95,7% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 32,8 miliar. Pendapatan ACST pun meningkat menjadi Rp 1,02 triliun, atau naik 8,4% dari Rp 943,7miliar di tahun 2016.

Proyek strategis

Kini, perusahaan konstruksi ini tengah mengikuti tender proyek infrastruktur senilai lebih dari Rp 1 triliun. Kebanyakan proyek yang diincar merupakan proyek jalan tol. Jeffrey Gunadi Chandrawijaya, Direktur Utama ACST, mengatakan, perusahaannya hanya fokus mengincar proyek-proyek infrastruktur yang masuk dalam proyek strategis nasional. "Risikonya jauh lebih rendah," katanya, Selasa (8/8).

Atas dasar itu Jeffrey bilang, jenis proyek yang akan dipilih adalah yang sesuai dengan portofolio perusahaan, yakni fondasi, konstruksi, dan infrastruktur. Menilik laporan keuangan per semester I-2017, pendapatan ACST didominasi sektor konstruksi 60%, infrastruktur 32%, pondasi 7% dan lainnya 1%. Porsi pendapatan sektor lain menggambarkan usaha anak perusahaan ACSET di bidang perdagangan.

Menurut Jeffrey, pihaknya getol mengikuti tender proyek infrastruktur karena pengumuman pemenangnya belum tentu keluar tahun ini juga, tapi kemungkinan bisa tahun depan. Ini lantaran masih banyak proyek masih dalam tahap pipeline. ACST optimistis bisa mengejar target kontrak baru sebesar Rp 7,5 triliun tahun ini.

Namun, perusahaan ini tidak memiliki rencana kembali merevisi naik target kontrak anyar. "Kami optimistis target tahun ini bisa tercapai," tegas Jeffrey.

Terkait pendanaan, ACST mendapat kucuran dari pinjaman induk usaha, perbankan, dana internal dan pendanaan vendor. Skema pendanaan dipilih sesuai jenis proyek. Baru-baru ini, ACST mendapatkan pinjaman Rp 600 miliar dari Astra Group.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini