ACST kerek kontrak baru jadi Rp 7,5 triliun



JAKARTA. Bisnis PT Acset Indonusa Tbk (ACST) semakin cerah. Maklum, baru satu kuartal terlewati, perusahaan konstruksi ini sudah berhasil mengantongi kontrak baru jauh di atas target yang ditetapkan sejak awal tahun.

Sepanjang kuartal I-2017, ACST telah berhasil mengantongi kontrak anyar sebesar Rp 6,9 trilium atau melonjak 127,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 2,4 triliun. Sedangkan target awal perusahaan tahun ini hanya sebesar Rp 4,5 triliun.

Tokcernya pencaian kontrak baru tersebut membuat perusahaan grup Astra ini mengerek target menjadi Rp 7,5 triliun tahun ini.


Direktur Utama ACST, Jeffrey Gunadi Chandrawijaya mengatakan meskipun pencapaian kontrak baru sudah sangat besar dalam tiga bulan, pihaknya hanya akan mengerek target sesuai dengan kemampuan yang dimiliki perusahaan.

"Kita tidak bisa asal menetapkan target meskipun pencapain saat ini sudah besar. Target harus dirancang sesuai kemampuan dan kapasitas dari jumlah SDM. Kita gak bisa garap proyek banyak kalau kapasutas SDMnya kurang, " jelas Jeffrey di Jakarta, Senin (10/4).

Adapun kontrak baru yang dikantongi Acset sepanjang tiga bulan pertama ini berasal dari proyek infrastruktur yakni tol Jakarta-Cikampek II Elevated senilai Rp 13,5 triliun. Proyek sepanjang 38,6 kilometer tersebut didapat dengan skema kerjasama operasi (KSO) dengan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Dalam KSO tersebut, Acset Indonusa memiliki porsi 49% atau senilai Rp 6,6 triliun dan WSKT menggengan 51%.

Sementara proyek lain yang didapat perusahaan adalah jalan tol Terbagi Besar Kayu Agung yang merupakan bagain dari tol Trans Sumatera dan proyek soil improvement work (central Java Project).

Dengan perolehan yang sudah mencapai Rp 6,9 triliun, maka dalam sisa sembilan bulan ke depan ACST tinggal mengejar kontrak baru Rp 600 miliar. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan ini masih akan fokus mengincar proyek-proyek infrastruktur baik dari grup Astra maupun eksternal.

Jeffrey mengungkapkan, ACST saat ini sedang sedang mengikuti tender proyek jalan tol yang dimiliki oleh sister company mereka yakni Astratel. Proyek tersebut adalah tol Kunciran-Serpong dan Serpong-Balaraja. Namun meskipun satu grup, menurutnya perusahaan tidak langsung otomatis bisa memenangkan proyek tersebut.

"Apakah bisa dapatkan tender tergantung kemampuan kita. Tol kunciran- serpobg dan serpong- Balaraja dal proses tender. Semoga dalam waktu dekat kelur pengumumannya," katanya. Selain proyek infrastruktur, ACST juga membidik proyek properti yang dikembangkan oleh Astra Group.

Untuk mengincar proyek-proyek besar, ACST masih akan mengandalkan skema kerjasama operasi baik dengan perusahaan swasta maupun BUMN. Menurut Jeffrey, kerjasama tersebut merupakan strategi untuk mengeliminasi kekurangan perusahaan dan busa menghasilkan kinerja yang lebih baik.

Jeffrey mengatakan pembentukan KSO akan sangat tergantung pada proyek yang mereka bidik. Oleh karean itu, dirinha blm bisa menyebutkan apakah tahun ini ACST memiliki rencana kerjasama baru.

Sejalan dengan pertumbuban kontrak baru tersebut, ACST optimis kinerja mereka akan terus tumbuh. Sayang, jeffrey belum bersedia mengungkapkan target pendapatan maupun laba bersih perusahaan tahun ini. Namun jika melihat total kontrak yang akan digarao tahun ini yakni Rp 5,1 triliun kontrak carry over dan Rp 7,5 triliun kontrak baru maka potensi pendapatan perusahaan akan sangat besar.

Jangka panjang

Tan Tam seng Ronnie, Wakil Direktur Utama ACST mengatakan, ACST memiliki visi ke depan untuk menjadi perusahaan terintegrasi. Sektor yang sudah digeluti perusahaam saat ini akan terus dikembangkan.

"Saat ini kita memiliki kompeten di di bidang pondasi, building projek, soil improvement dan infrastruktur.

Saat ini, ACST telah memiliki 10 anak usaha. Anak usaha ini akan terus dikembangkan tergantung dari proyek yang sedanh dikembangkan. Tahun ini, perusahaan kontraktor ini akan menyiapkan capex sekitar Rp 120 miliar untuk menambah peralatan maupun menambah kepemilikan saham pada anak usaha yakni PT Bintai Kindenko Engineering Indonesia sebesar Rp 28 miliar tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia